Pangeran Harry dan Bangsawan Lain yang Pilih Bebaskan Diri dari Kekangan Monarki

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Kinanti Munggareni

google-image
Jauh sebelum Pangeran Harry dan Meghan Markle, pasangan Edward VIII dan Wallis Simpson telah lebih dulu memutuskan keluar dari Kerajaan Inggris. (Wikimedia Commons)

Jauh sebelum Pangeran Harry dan Meghan Markle, pasangan Edward VIII dan Wallis Simpson telah lebih dulu memutuskan keluar dari Kerajaan Inggris. (Wikimedia Commons)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pangeran Harry dan Meghan Markle dipastikan tidak akan kembali ke tugas kerajaan. Kabar ini telah dikonfirmasi oleh Istana Buckingham pada Februari lalu. Keputusan ini pun membuat geger dunia, dan mengingatkan kita pada kisah-kisah bangsawan lain yang serupa. 

Salah satu yang paling dekat adalah Edward VIII yang merupakan paman dari Ratu Elizabeth II. Ia turun takhta pada tahun 1936 dan digantikan oleh adiknya, George V. Keputusan besar inilah yang menyebabkan garis keturunan Elizabeth II menjadi suksesor Monarki Inggris

Kisah bangsawan yang memilih meninggalkan kerajaan sudah ada sejak abad pertengahan. Siapa saja? Berikut tiga kisahnya. 

Ratu Christina dari Swedia

Kisah Ratu Christina pernah diangkat ke dalam sebuah film, dengan Greta Garbo yang memerankan sosoknya, pada tahun 1933. Naik takhta pada usia 5 tahun, sang ratu dikenal sebagai sosok dengan jiwa yang bebas. Ia memutuskan turun takhta pada tahun 1654 di usia 27 tahun.

Ia memprotes stagnansi intelektual di negaranya, agama Protestan yang dianut kerajaan, hingga menolak menikah dan membuat para penasihatnya kecewa.

Setelah turun takhta, Christina melakukan perjalanan ke perbatasan antara Swedia dan Denmark. Ia juga memotong rambutnya dan berganti pakaian pria sebelum memasuki negara itu. Sejak saat itu dia mengenakan busana maskulin, suaranya semakin dalam, dan perilakunya semakin maskulin secara stereotip.

"Ambisi saya, kebanggaan saya, tidak mampu tunduk kepada siapa pun, dan penghinaan saya, meremehkan segalanya," tulisnya dalam Memoirs (1863) yang belum selesai, "secara ajaib telah menyelamatkan saya."

Ratu Caroline dari Inggris

Istri dari Pangeran George IV ini dikenang sebagai sosok yang kontroversial. Pada tahun 1814 ia pindah ke Italia dan menjalin hubungan dengan pelayannya Bartolomeo Pergami. Ia pun menyebabkan skandal di seluruh dataran Eropa. Ia bahkan digosipkan menari dengan kostum tipis. 

Perantauan ia anggap sebagai upaya melihat dunia luas dengan bebas dan mencecap segala hal nyata dalam kehidupan. 

“Saya jauh, sangat jauh dari bertobat; Saya telah mengumpulkan begitu banyak pengetahuan nyata, dan merasa puas dengan pemandangan yang telah lama dinantikan, sehingga saya merasa terbayar dengan baik untuk masalah ini," tulis Caroline dikutip dari Vanity Fair.

Caroline bahkan diketahui sering bepergian ke Timur Tengah dan Afrika Utara. “… Orang Barbar jauh lebih nyata, baik hati, dan membantu saya daripada semua orang di Eropa,” tulisnya dari Tunis. "Saya menjalani pesona yang sempurna."

Ketika George IV naik takhta, pada tahun 1821, Caroline kembali ke Inggris untuk mengklaim mahkota dan mempertahankan posisinya. Upaya Raja George IV untu menceraikan Caroline pun gagal. Namun ia meninggal tak lama kemudian di tahun 1821.  

Edward VIII & Wallis Simpson

Situasi status Pangeran Harry dan Meghan Markle seringkali dilekatkan dengan sejarah Raja Edward VIII yang turun takhta kurang dari setahun.

Yang dialami kedua bangsawan ini mungkin memang mirip. Mereka sama-sama mengguncang monarki, meski posisi Edward VII memang lebih krusial karena merupakan penerus pertama takhta.

Baik Harry maupun Edward juga jadi bulan-bulanan media. Tambahan lain, keduanya sama-sama menikahi perempuan yang telah mengalami perceraian -sesuatu yang begitu dihindari oleh keluarga Kerajaan Inggris.

Perbedaannya, Harry 'diizinkan' menikahi Meghan baru setelah itu memutuskan keluar dari monarki. Sementara Edward VIII rela turun takhta, dan mengenakan gelar Duke, demi menikahi Wallis Simpson, istrinya.

Kehidupan pasangan itu dijalani dengan segala kerikuhan dan penolakan sosial. “Orang-orang tidak ingin bertemu mereka,” kenang Laura, Duchess of Marlborough, dalam buku The Last of the Duchess.

Meskipun menjalani kehidupan yang sulit, Edward VIII tidak pernah menyesali pilihannya menikahi Wallis yang begitu ia cintai. 

“Saya tidak menyesal, saya tetap tertarik pada negara saya, Inggris, tanah Anda dan saya. Saya berharap itu baik-baik saja,” kata Edward VIII dalam wawancara bersama BBC pada tahun 1970.

Baca juga: Meghan Markle Ungkap Alasan Kerajaan Inggris Tak Beri Gelar Pangeran pada Archie

VANITY FAIR | VOGUE

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."