Berawal dari Popok Bayi, Agni Pratistha Terbiasa Kelola Sampah Bareng Keluarga

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Agni Pratistha. Instagram/@agnipratistha

Agni Pratistha. Instagram/@agnipratistha

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Agni Pratistha menceritakan awal mula perjuangannya menerapkan gaya hidup zero waste atau bebas sampah hingga saat ini. Menjelang kelahiran anak pertamanya, hampir tujuh tahun lalu, ia menghitung berapa banyak popok bayi yang harus disiapkan dan berapa jumlah yang dipakai hingga anak di usia tertentu, serta sampah yang dihasilkan dari popok sekali pakai itu.

"Karena lagi ngitung-ngitung mo lahiran. Butuh stok popok bayi berapa. Wah, banyak banget ya. Akhirnya, cari subsitusi popok apa yang tepat untuk bayi, selain yang disposable atau sekali pakai. Cari-cari, dapatlah popok kain. Dari situlah aku mulai pakai popok kain. Itu juga hasil kesepakatan dengan suami," ujar Putri Indonesia 2006 itu dalam Instagram Live Cerita Cantika episode 23 Cara Mudah Diet Sampah, Ahad, 21 Februari 2021.

Sejak saat itu, secara perlahan-lahan ia juga mulai mengganti pembalut menjadi menstrual cup. Produk-produk perawatan kulit yang digunakannya beralih ke sabun dan sampo batangan, tanpa kemasan plastik.

Menurut Agni, baru dua tahun belakangan berupaya menerapkan diet sampah dalam keluarga menjadi kebiasaan. Bagaimana caranya? Ia mulai dengan kebiasaan kecil dan sistem pembuangan sampah sesuai jenisnya.

"Aku selalu percaya kalau ingin mengubah sesuatu dimulai dari sistem yang tepat. Contohnya, mainan anak yang baterainya sudah habis, aku sediakan kotak bergambar baterai agar mereka cemplungin ke situ," tutur ibu tiga anak itu. 

Selain itu, Agni juga menyiapkan tempat sampah kecil di dekat meja belajar si sulung. Jadi, sisa-sisa kertas origami dari pekerjaan seninya langsung dibuang ke sana.

"Aku membuat sistem di mana menaruh tempat-tempat sampah kecil di tempat-tempat yang paling banyak produksi sampahnya. Di kantor suami aku, aku taruh kotak untuk e-waste (sampah elektronik), oh ini untuk kabel-kabel yang udah rusak. Akhir bulan, aku sortir," tukas adik Sigi Wimala itu.

Agni menyiapkan kontainer besar untuk menampung e-waste yang berisi dari kabel, speaker, hingga laptop yang rusak. Ia akan menyortir terlebih dahulu sesuai jenisnya, kabel dengan kabel, laptop dilepas dari baterainya, setelah itu ia kirim ke bank sampah electronic waste atau e-waste untuk diolah.

Saat memilah-milah sampah itu, menurut Agni, ada momen merenungkan seberapa banyak sampah yang dihasilkan, sehingga mendorongnya untuk mencari cara untuk mengurangi sampah dengan cara-cara kreatif.

"Saat memilah sampah kita dikasih waktu ada momen untuk menyadari kita menghasilkan sampah sebanyak itu, jadi diingatkan kembali. Yuk kita kurangi," tutur istri Ryan Anthony Manoarfa itu.

Salah satu reuse atau menggunakan kembali sampah yang diterapkan Agni adalah mengolah ampas kopi dan kulit telur jadi pupuk tanaman. Ia mengisahkan bahwa di rumahnya banyak sampah kopi dan telur. Melihat kondisi itu, ia mencari cara untuk memanfaatkan kembali ketimbang menambah sampah.

"Ampas kopi dan sisa telur, aku cuci dan jemur, nanti aku pake untuk pupuk," imbuh perempuan 33 tahun itu.

Tak hanya itu, para asisten rumah tangganya juga sudah menyadari pola hidup memilah sampah dan berupaya memanfaatkan kembali jika memungkinkan. Contohnya, toples sisa selai, dicuci bersih dan dikeringkan, lalu digunakan untuk menyimpan rempah-rempah atau bumbu dapur lainnya. 

Ketiga anak Agni pun sudah terbiasa dengan pola hidup mengurangi sampah hingga memanfaatkan kembali. Salah satunya, mereka mencontoh Agni setiap kali membuka benda yang dibungkus secara perlahan-lahan.

Agni menceritakan bahwa mereka sempat bertanya kepada dirinya, mengapa ia saat membuka kado selalu rapi. Ia lalu menjelaskan bahwa kertas dan pitanya bisa digunakan kembali. Sejak saat itu, mereka selalu menggunakan kain motif Natal yang dibeli Agni untuk membungkus kado hari Natal. Kebiasaan itu sudah berlangsung beberapa waktu.

"Dia (anak-anaknya) liatin terus, akhirnya sejak saat itu anak-anak terbiasa untuk memperlakukan barang itu pelan-pelan. Jadi, ga dirusak, even pembungkusnya. Jadi, saat mereka beli sereal pun, mereka membukanya rapi tanpa dirobek. Mereka juga ada yang minta, 'mommy nanti tolong bikinin map dari itu' (bekas bungkus sereal)," katanya.

Bagi Agni, membiasakan anak sedari dini untuk bijak mengelola sampah menjadi salah satu tugasnya sebagai ibu. Ia ingin membesarkan ketiga anaknya untuk bisa bertahan hidup dengan baik dan mencintai lingkungan.

"Aku pengen ngedein mereka sebagai orang yang regentleman, tahu how to life sustainable, dan be a good human aja. Enggak mungkin itu aku ajarkan saat mereka gede nanti. Yaudah dari sekarang, kita bikin itu habit," pungkas Agni Pratistha.

Semoga teman-teman Cantika terinspirasi dari kebiasaan yang diterapkan Agni Pratistha di keluarganya. Di Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap 21 Februari, bersama-sama kita bijak dalam mengelola sampah.

Baca juga:

3 Sebab Orang Enggan Memilah Sampah dan Cara Mengajaknya

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."