Yuk Beri 'Makan' Otak dengan Musik, Investasi Tepat Buat Hari Tua

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi musik. Shutterstock

Ilustrasi musik. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Anda senang memainkan musik atau setidaknya doyan mendengarkan alunan musik? Bila iya, bersyukurlah. Setidaknya masa tua Anda tidak akan terlalu suram. Hal itulah yang 'dijanjikan' penelitian yang dilakukan Baycrest Health Sciences, Toronto, Kanada.

Berdasarkan hasil riset para peneliti yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience pada Mei 2020, memainkan alat musik bisa mencegah berkurangnya kemampuan mendengar dan menangkal penurunan daya kognitif saat usia mulai beranjak lanjut.

Hasil riset ini mirip hasil studi Rotman Research Institute, dua tahun lalu. Penelitian itu menyebutkan pelatihan musik pada masa muda dapat mencegah kerusakan dalam keterampilan mendengar suara pada kemudian hari.

Penelitian itu juga menyatakan mereka yang berusia 60 tahun dan pernah ikut pelatihan musik ketika muda memiliki kemampuan mengidentifikasi suara 20 persen lebih cepat dibanding teman lain yang tak pernah berlatih musik.

Artinya, berlatih musik pada masa muda lebih bermanfaat untuk masa tua. Dengan bagusnya kemampuan mendengar, otomatis hal itu akan memberikan pengaruh terhadap berbagai fungsi kognitif.

Ilustrasi bermain alat musik. shutterstock.com

Bernhard Ross, peneliti senior di Rotman Research Institute (RRI) Baycrest Health Sciences, yang memimpin riset terbaru ini, mengakui keampuhan efek musik terhadap otak. “Musik diketahui memiliki efek menguntungkan pada otak, tapi soal bagaimana itu bisa terjadi masih menjadi misteri,” kata dia.

Dalam riset itu, para peneliti menemukan bahwa kegiatan bermain alat musik dapat mengubah gelombang otak yang efeknya bisa meningkatkan kemampuan mendengar seseorang dalam jangka waktu singkat. Penelitian ini melibatkan 32 orang muda dan dewasa sehat yang memiliki pendengaran normal serta tidak punya riwayat gangguan neurologis atau psikiatri. Gelombang otak para partisipan pertama kali dicatat saat mereka mendengar alunan nada dari bel.

Setelah mendengar nada tersebut, setengah dari partisipan diberi bel serupa dan diminta menciptakan suara serta ritme yang sama. Separuh lainnya menciptakan kembali suara dengan menekan tombol pada keypad komputer. Menurut Ross, kegiatan bermain musik membutuhkan kerja sama banyak sistem otak, seperti sistem pendengaran, motorik, dan persepsi.

Ilustrasi wanita mendengarkan musik di kafe. shutterstock.com

"Kami pertama kali melihat perubahan langsung di otak setelah satu sesi. Hal itu menunjukkan bahwa kegiatan menciptakan musik menyebabkan perubahan aktivitas otak yang kuat," kata Ross, yang juga profesor biofisika medis di University of Toronto. Pada langkah selanjutnya, riset ini melibatkan analisis pemulihan antara pasien stroke dan pelatihan musik dibanding fisioterapi serta dampak latihan musik pada otak orang dewasa yang lebih tua.

Dengan dukungan tambahan, penelitian ini dapat mengeksplorasi pengembangan program rehabilitasi training musik untuk kondisi lain yang mempengaruhi fungsi motorik, seperti cedera otak traumatis.

Ilmuwan Baycrest memiliki sejarah terobosan bagaimana latar belakang musik seseorang mempengaruhi kemampuan mendengar dan fungsi kognitif saat mereka menua. Mereka terus mengeksplorasi bagaimana perubahan otak selama penuaan berdampak pada pendengaran.

Pekerjaan Ross selanjutnya adalah menetapkan dasar untuk mengembangkan alat bantu dengar terkait dengan program pelatihan masa depan dan kognitif untuk menjaga kesehatan pendengaran.

FIRMAN ATMAKUSUMA | SCIENCEDAILY | NEUROSCIENCENEWS

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."