Tips Buat Ibu yang Terpaksa ke Kantor Saat New Normal Pandemi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi karyawati sedang sibuk bekerja. shutterstock.com

Ilustrasi karyawati sedang sibuk bekerja. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sebagian orang kembali beraktivitas di luar rumah meski pandemi Covid-19 belum reda. Para pekerja berangkat ke kantor, entah dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum, dan meninggalkan keluarga di rumah. Terutama para ibu harus beradaptasi lagi dengan kondisi baru setelah sekitar tiga bulan bekerja dari rumah sekaligus mendampingi anak belajar di rumah.

Psikolog anak dan keluarga di Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani, mengatakan kebingungan orang tua menghadapi situasi yang berbeda merupakan hal lazim. Segala bentuk perubahan, ujar Nina, tidak akan mudah di awal, termasuk ketika seorang ibu kembali bekerja di kantor setelah lama bekerja dari rumah.

Belum lagi mereka yang telanjur memutuskan tidak menggunakan asisten rumah tangga selama bekerja dari rumah. "Ini menimbulkan kebingungan lagi dalam mengatur strategi agar tetap bekerja, namun anak tetap aman di rumah," ujar Nina.

Salah satu hal yang mesti dipersiapkan oleh seorang ibu adalah kembali membentuk sistem pendukung atau support system untuk berkegiatan di luar rumah. Misalkan, menurut Nina, ibu bisa kembali menggunakan asisten rumah tangga atau menitipkan anak kepada orang yang dipercaya. Untuk anak yang sudah masuk usia sekolah, Nina mengatakan ibu bisa berkonsultasi dengan guru di sekolah guna menyusun strategi bersama.

"Kabar baiknya, sebentar lagi sudah memasuki periode libur panjang anak sekolah. Kesempatan ini bisa digunakan ibu untuk persiapan anak belajar di rumah, misalnya fasilitas, mental, dan lainnya," kata Nina. Setelah itu, ibu harus sudah mulai berkomunikasi dengan anak-anaknya bahwa dalam waktu dekat orang tuanya akan kembali bekerja di kantor.

Ilustrasi wanita bekerja dari rumah bersama anak. shutterstock.com

Perubahan yang akan terjadi harus disampaikan beberapa hari sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan mental, baik anak maupun ibu, sehingga ada transisi. Untuk setiap usia tertentu, akan ada kesulitan berbeda. Menurut Nina, pada fase awal, anak akan kesulitan menerima realitas bahwa ibunya harus kembali bekerja. Mungkin anak memberikan reaksi seperti rewel, marah, atau mengamuk, khususnya bagi anak yang belum masuk usia sekolah.

Untuk anak di bawah 5 tahun, Nina mengatakan bisa memberi tahunya dengan menunjukkan kalender, kapan masuk dan kapan libur, sehingga anak bisa memprediksi dan mempersiapkan diri saat orang tuanya bekerja di luar. "Yang paling penting, orang tua harus membiasakan diri untuk berperilaku hidup bersih dan sehat agar ibu tidak membawa penyakit ke rumah setelah bekerja," ujar Nina.

Adapun psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, mengatakan, ketika ada perubahan tatanan normal baru atau new normal, yang pertama kali harus dilakukan oleh semua anggota keluarga adalah menerima keadaan. Ketika sudah menerima, mereka harus beradaptasi dengan perubahan. Kemudian, hal itu harus didukung oleh pelaksanaannya atau implementasi sesuai dengan yang telah disepakati.

Menurut Vera, hal tersebut bisa berjalan dengan baik apabila suatu keluarga memegang lima prinsip, yaitu rasa syukur agar bisa membawa suasana ke dalam atmosfer positif. Kemudian, berfokus pada hal yang sedang terjadi ketimbang yang belum terjadi. Lalu, orang tua bisa mengendalikan situasi, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak fisik. "Terakhir, orang tua bisa membimbing untuk menyusun ekspektasi sesuai dengan kemampuan. Setelah berjalan dengan baik, jangan lupa istirahat sejenak."

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."