Tips Parenting: Kreatif Beri Stimulasi kepada Anak Saat di Rumah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi anak dan ibu memasak bersama. shutterstock.com

Ilustrasi anak dan ibu memasak bersama. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pandemi Covid-19 membuat orang tua diharapkan mampu melakukan berbagai kegiatan yang kreatif untuk mendukung stimulasi anak. Sebab, anak lebih banyak berkegiatan di rumah. Usia 0-6 tahun merupakan masa penting untuk tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun kecerdasan.

Dokter spesialis anak Rini Sekartini mengatakan anak pada periode itu sebaiknya tidak hanya diberi stimulasi kemampuan menyerap pelajaran, seperti berhitung. Kemampuan berkreasi mereka juga perlu dilatih, seperti kesenian dan olahraga. Karena itu, ketika di rumah saja, orang tua dituntut menjadi lebih kreatif untuk mengajak anak bermain. "Bisa melakukan pekerjaan tangan, menari, atau ke dapur untuk mencoba memasak bersama," kata Rini.

Rini mengatakan ikatan emosi antara orang tua dan anak akan memudahkan orang tua menstimulasi anak dalam melibatkan semua panca indranya ketika beraktivitas. Hal ini, kata dia, akan menciptakan kecerdasan majemuk pada anak. "Harus dibina (ikatan dengan anak) agar tidak jadi sebatas rutinitas dan tidak memberikan interaksi yang dalam untuk memberikan stimulasi," ujar dia.

Menurut Rini, selama masa pandemi, anak pada usia ini bisa mengalami kejenuhan lantaran tidak bisa bermain di luar rumah atau bersosialisasi dan bertemu dengan anak sebaya. Pada masa ini, interaksi anak terbesar adalah bersama orang tua dan anggota keluarganya. Hal ini berbeda dengan anak-anak yang sudah bisa memakai gawai dan menggunakannya untuk berkomunikasi dengan temannya.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia cabang DKI Jakarta itu menjelaskan bahwa sampai saat ini belum ada penelitian mengenai dampak pembatasan sosial terhadap tumbuh kembang anak, sehingga memang masih perlu pemantauan lebih lanjut ihwal hal ini. "Ada kemungkinan anak-anak saat masuk sekolah lagi harus beradaptasi kembali dengan teman-temannya," tutur Rini.

Hal senada dikatakan psikolog Rose Mini. Menurut dia, orang tua harus rajin memberikan stimulasi kepada anak. Namun orang tua harus menunggu kesiapan anak, sehingga tidak terjadi stimulasi yang berlebihan. Ia juga mengingatkan agar orang tua tidak membanding-bandingkan kemampuan anak lantaran tiap anak memiliki kekurangan dan kelebihan.

Rose Mini mengatakan tiap orang tua sudah tentu menginginkan anaknya tumbuh aktif dan cerdas. Sayangnya, kata dia, orang tua acap kali memaknai kecerdasan hanya pada pencapaian-pencapaian akademik. "Dalam diri anak, ada banyak potensi yang bisa dikembangkan karena pada dasarnya terdapat kecerdasan majemuk," ujar dia dalam keterangan tertulis.

Ihwal kecerdasan majemuk pertama kali dilontarkan oleh peneliti dari Universitas Harvard bernama Howard Gardner. Kecerdasan ini terdiri atas sembilan jenis yang perlu dikembangkan secara maksimal sejak dini. Kesembilan jenis kecerdasan itu adalah linguistik, matematis-logis, visual, musikal, spiritual, naturalis, interpersonal, intrapersonal, dan kinestetik-jasmani.

Adapun Head of Medical Kalbe Nutritionals Muliaman Mansyur menekankan pentingnya menjaga daya tahan tubuh anak berusia 0-6 tahun. Salah satunya dengan memberikan nutrisi yang cukup. Dalam keterangan tertulisnya, ia menyatakan para orang tua bisa mengacu pada panduan yang dibuat Kementerian Kesehatan bernama Isi Piringku dan ditambah susu pertumbuhan.

"Ada tiga komponen yang harus diperhatikan dalam pemenuhan nutrisi anak, yaitu nutrisi bagi kecerdasan multitalenta (brain care), nutrisi pertahanan tubuh ganda (body defense), dan nutrisi bagi tumbuh kembang optimal (body growth)."

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."