Dokter Tak Anjurkan Pakai Masker saat Olahraga Intensitas Berat

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Warga mengenakan face shield saat berolahraga di Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Sabtu, 6 Juni 2020. SUGBK dibuka kembali mulai 5 Juni 2020 untuk kegiatan olahraga pasca keputusan pemerintah DKI Jakarta menerapkan PSBB transisi. ANTARA

Warga mengenakan face shield saat berolahraga di Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Sabtu, 6 Juni 2020. SUGBK dibuka kembali mulai 5 Juni 2020 untuk kegiatan olahraga pasca keputusan pemerintah DKI Jakarta menerapkan PSBB transisi. ANTARA

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Di tengah pandemi virus corona baru atau Covid-19 diimbau selalu memakai masker saat ke luar rumah. Hal yang sama juga berlaku saat berolahraga, tapi tak berlaku untuk semua jenis olahraga.

Sebab tertutupnya hidung dan mulut membuat akses tubuh untuk mendapatkan oksigen jadi terbatas. Padahal, saat berolahraga, tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen dari biasanya.

Menurut telemedicine consultant SehatQ, dr. Rahmita Kusuma Dewi penggunaan masker saat olahraga intensitas rendah. 

“Kalau olahraganya masih sebatas jalan kaki, masih oke pakai masker. Namun, kalau olahraga yang intensitasnya sudah sedang menuju berat, seperti jogging apalagi lari, sebaiknya tidak pakai masker,” katanya.

Rahmita menambahkan jogging atau lari sambil memakai masker berisiko menyebabkan terjadinya pneumothorax atau kolaps paru. Untuk kedua olahraga tersebut paling baik melakukannya di rumah menggunakan treadmill dan tanpa masker selama pandemi.

Sementara itu orang yang berolahraga santai sambil memakai masker, bukan berarti bisa abai terhadap hal lainnya. Anda disarankan untuk tetap harus waspada dan memantau kapasitas diri. 

“Kalau saat olahraga pakai masker mulai muncul gejala seperti pusing, napas pendek, sesak atau hal lain yang mengkhawatirkan, ada baiknya segera dihentikan” ujar dr. Rahmita.

Hal ini penting dilakukan untuk mengukur kapasitas diri. Sehingga jika suatu saat ingin kembali berolahraga, Anda jadi sudah memahami batas atau kemampuan fisik diri sendiri.

Penggunaan masker ketika berolahraga juga tidak dianjurkan bagi orang yang memiliki riwayat penyakit jantung dan penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

 “Bagi orang-orang yang punya riwayat penyakit lain, selama pandemi ini memang paling aman untuk olahraga indoor, di rumah dan tanpa masker,” ungkap dr. Rahmita.

Terakhir, dr. Rahmita mengingatkan pentingnya physical distancing atau menjaga jarak dengan orang lain bagi siapa pun yang akan berolahraga di luar rumah, meski sudah menggunakan masker. Hal ini semata-mata untuk mencegah penyebaran virus corona.

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."