Mengenal Vaginoplasty, Operasi Pengencangan Otot Miss V

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi vagina. Shutterstock

Ilustrasi vagina. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Beberapa orang memilih operasi Miss V atau vagina dengan beberapa alasan. Di antaranya kepuasan seksual maupun kondisi kesehatan. 

Operasi ini masih menuai kontroversi, apakah manfaatnya lebih besar ketimbang risikonya. Oleh sebab itu, perhatikan semua fakta dan prosedur yang dilalui untuk jadi bahan pertimbangan sebelum menjalani operasi vagina seperti vaginoplasty.

Vaginoplasty merupakan prosedur yang bertujuan untuk mengencangkan vagina. Biasanya, keluhan otot vagina tak lagi kencang dialami oleh mereka yang sudah berusia lanjut atau pernah melahirkan secara normal.

Prosedur ini diklaim dapat mengencangkan jaringan-jaringan di sekitar vagina. Meski demikian, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) masih mempertanyakan klaim tersebut. Memang benar bahwa jaringan di sekitar vagina bisa meregang, bayangkan vagina menjadi jalan lahirnya kepala bayi. Meski demikian, vaginoplasty tidak menjamin meningkatkan gairah seksual.

Bagaimana seorang perempuan bisa lebih aktif di ranjang atau kepuasan pasangan tidak hanya dinilai dari seberapa kencang vagina saja. Ada banyak faktor lain yang berpengaruh seperti emosi, psikologis, hingga faktor-faktor interpersonal.

Bagaimana dengan prosedurnya? Vaginoplasty dilakukan dengan menentukan seberapa rapat Miss V sesuai dengan permintaan pasien. Kemudian, akan diberi tanda bagian kulit ekstra mana di dalam vagina yang akan dibuang.

Kemudian, jaringan tertentu di vagina akan dijahit untuk membuat vagina lebih kencang. Prosedur vaginoplasty bisa dilakukan dengan anestesi lokal atau total.

Setelah vaginoplasty rampung, pasien akan diminta tidak beraktivitas berat selama 1-2 minggu. Biasanya, pasien akan merasakan gatal pada beberapa hari pascaoperasi. Hingga 8 minggu kemudian, pasien diminta tidak menggunakan tampon atau berhubungan seksual.

Perlu digarisbawahi bahwa operasi vagina berbeda dengan operasi kosmetik. Operasi vagina seperti vaginoplasty dilakukan untuk mengoptimalkan atau mengembalikan fungsi vagina. Sementara operasi kosmetik adalah prosedur estetika untuk mengubah anatomi normal vagina. 

Operasi vagina kerap kali dilakukan setelah pasien dan dokter berdiskusi tentang fungsi vagina yang tak lagi optimal, seperti kesulitan menahan buang air kecil (stress incontinence), mengurangi kondisi kering vagina hingga perubahan struktural vagina setelah persalinan.

Selain itu, juga ada penurunan fungsi vagina akibat penuaan, rasa sakit dan gatal di vagina serta rasa sakit saat berhubungan seksual. 

Di sisi lain, selalu ada risiko yang mungkin terjadi ketika seseorang menjalani operasi vagina. Bisa saja hasil akhirnya tidak sesuai dengan ekspektasi.

Selain itu, ada kemungkinan terjadi infeksi, pendarahan, munculnya jaringan parut, hingga menurunnya sensitivitas vagina. Maka dari itu, perlu pertimbangan matang-matang sebelum melakukan operasi vagina dan berkonsutasi dengan dokter serta pasangan.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."