Ketahui Vaginismus, Gangguan Seksual yang Kerap Diabaikan Wanita

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi pasangan gagal bercinta. shutterstock.com

Ilustrasi pasangan gagal bercinta. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Bukan momen malam pertama, tapi bercinta terasa sangat menyakitkan? Mungkin itu disebabkan oleh vaginismus, salah satu gangguan seksual yang sering kali diabaikan oleh banyak wanita.

Dokter spesialis kandungan dan kebidanan dari Bamed  Women’s Clinic Ni Komang Yeni Dhana Sari mengatakan, vaginismus terjadi karena ketegangan atau kontraksi otot di sekitar mulut vagina, yaitu di area perineum sampai otot levator ani dan otot pubococcygeus yang terjadi secara persisten atau berulang.

Otot pubococcygeus berperan dalam proses buang air besar dan buang air kecil, melahirkan, bercinta, dan orgasme. Kontraksi yang berlebihan menyebabkan wanita merasakan nyeri saat penetrasi.

Akibatnya, wanita sering kali menghindari bercinta karena takut merasakan nyeri yang tidak wajar. Tapi ada kalanya vaginismus terjadi situasional, misalnya menolak berhubungan dengan orang itu saja, tapi bisa dengan orang lain atau dalam kondisi tertentu.

Yeni mengatakan, belum ditemukan faktor risiko yang bisa memicu terjadinya vaginismus karena penelitiannya masih sangat sedikit. Namun, dari sebuah studi terhadap 89 wanita yang memiliki pengalaman gangguan ini ditemukan bahwa ada tiga faktor penyumbang yang paling umum, yaitu ketakutan akan seks yang menyakitkan dan pengalaman traumatis di usia dini

“Ada juga keyakinan bahwa melakukan hubungan seks memalukan, dididik sejak kecil nggak boleh seks. Pas menikah lupa switch mind, jadi melihat suami aneh. Jadi nggak bisa,” ujar Yeni dalam diskusi Vaginismus dan Disfungsi Seksual Perempuan di Jakarta, Rabu 27 November 2019.

Adapun penyebabnya adalah emosional dan fisik. Secara emosional, penyebabnya adalah stres, kecemasan berpisah dari ibunya, tidak percaya pada pasangan, hingga orientasi seks berbeda. Adapun secara fisik, penyebabnya antara lain sensitivitas yang meningkat pada selaput seputar vagina sehingga ada sensasi nyeri ketika disentuh. Selain itu luka pada vagina juga bisa berpengaruh, juga efek samping obat tertentu seperti kemoterapi.

Meski tidak menyebabkan kematian, vaginismus bisa berbahaya jika dibiarkan. Yeni mengatakan, gangguan ini bisa menimbulkan beberapa komplikasi, antara lain meningkatkan kemungkinan terjadinya infertilitas dan tindakan Caesar pada saat melahirkan. Kondisi ini juga mengganggu penderitanya secara emosional, menimbulkan rasa tidak percaya diri dan menurunkan kualitas hidup, dan bisa berujung pada gangguan psikiatri.

MILA NOVITA 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."