Dokter Ungkap Kebaikan Minum Jamu saat Buka Puasa

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
ilustrasi jamu (pixabay.com)

ilustrasi jamu (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Minum jamu salah satu langkah alami menjaga daya tahan tubuh atau imunitas di tengah pandemi virus corona baru atau COVID-19. Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, Inggrid Tania, mengatakan di dalam jamu terdapat zat-zat antioksidan yang berfungsi sebagai penguat sistem imun, mengurangi peradangan-peradangan yang ada di tubuh, mengurangi kadar lemak, menstabilkan gula darah hingga menstabilkan tekanan darah.

"Sebenarnya hampir semuanya jenis jamu bagus. Mulai minum kunyit asam, beras kencur, sereh, dan lemon bagus," ujar Inggrid dalam Kuliah Whatsapp bertema "Menjaga Daya Tahan Tubuh dengan Konsumsi Jamu" pada Selasa, 28 April 2020.

Di bulan Ramadan ini, jamu tetap bisa dikonsumsi sebanyak dua kali sehari, yakni saat sahur dan buka puasa. Contohnya saat buka puasa, sebelumnya perut kita sudah kosong selama berjam-jam, Inggrid menganjurkan minum jamu setelah takjil atau air putih.

"Setelah air putih bisa asupan glukosa, misalnya kurma. Setelah kurma mungkin kita makan takjil yang lain seperti arem-arem atau tahu isi, dan tidak berlebihan. Kemudian setelah itu bisa minum jamu karena jamunya sendiri akan membantu mengurangi kandungan lemak berlebihan saat kita mengonsumsi takjil," paparnya.

Inggrid juga mengingatkan jika selama mengonsumsi jamu terdapat keluhan nyeri lambung, sebaiknya minum jamu atau herbal tersebut diminumnya sesudah makan. 

"Kecuali kalau pada saat sahur tidak ada keluhan lambung, maka bisa diminum sebelum makan sahur. Kalau ada keluhan lain seperti kadar kolesterol darah lagi tinggi itu malah bagus mengonsumsi jamu, karena hampir semua jamu bisa menurunkan kolesterol," pungkasnya.

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."