Adhia Absar Ungkap Kunci Sukses Bisnis Makanan Cepat Saji Laukita

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Menu Laukita. Foto: Instagram LaukitaIndonesia

Menu Laukita. Foto: Instagram LaukitaIndonesia

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Adhia Absar Arryman tak pernah menyangka inovasinya dalam menciptakan makanan cepat saji Laukita bisa berguna dalam situasi darurat seperti ketika pandemi corona. Kini inovasi ala Adhia dalam membekukan aneka menu makanan bercita rasa Nusantara bisa menjadi alternatif bagi mereka yang terpaksa berdiam dan bekerja di rumah.

Ide awal Adhia Absar dalam memproduksi makanan cepat saji muncul dari kenangan masa kecilnya di Paris, Prancis, puluhan tahun lalu. Waktu itu, kata Adhia, neneknya yang tinggal di Indonesia kerap mengirim makanan khas Nusantara, seperti rendang, dalam kemasan beku ke Prancis. Cita rasa masakan neneknya itu tak berubah meski telah menempuh perjalanan jauh dari Tanah Air. "Ini yang menginspirasi saya mempelajari teknik mengawetkan makanan," kata Adhia, pendiri perusahaan jaringan restoran dan katering Umara Group itu beberapa waktu lalu.

Setelah melakukan riset bertahun-tahun, Adhia Absar akhirnya menemukan cara membekukan makanan dalam wadah khusus. Aneka jenis masakan bisa diawetkan dan tahan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, tanpa merusak komposisi dan cita rasa makanannya. "Pembekuan adalah cara paling aman untuk mengawetkan makanan tanpa menggunakan bahan pengawet buatan," ujar dia.

Dari hasil riset itu Adhia kemudian meluncurkan produk Laukita, yakni aneka menu masakan khas Nusantara yang dibekukan dan dikemas dalam plastik khusus. Ide membuat masakan Nusantara 'instan' ini sebetulnya mirip inovasi gudeg kaleng yang dilakukan beberapa merek asal Yogyakarta, misalnya Bu Lies, Yu Djum, atau Bu Tirto. Namun, karena menggunakan sistem pembekuan, Adhia menjamin produk Laukita bisa tahan lebih lama dan memiliki pilihan menu lebih beragam.

Adhia Absar Arryman. TEMPO

Saat ini, produk Laukita terdiri atas 12 menu, seperti bistik lidah, oseng mercon, cumi cabe ijo, rendang paru, ayam betutu, dendeng daging, hingga cakalang mercon. Selain menu yang variatif dan kemasan yang inovatif, Adhia mengklaim, produk Laukita yang ia pasarkan sejak awal 2019 ini dijamin higienis. Dia menggunakan bahan-bahan pilihan dan berkualitas serta dimasak oleh koki profesional. "Sebagian menu ini tersedia di jaringan restoran Lumpang Emas milik grup kami," kata Adhia.

Beberapa menu andalan Laukita, antara lain dendeng daging gajih, oseng mercon, lidah cabe ijo, dan cumi asin jontor. Semua dalam bentuk beku dan dikemas rapi menggunakan plastik khusus kedap udara yang lumayan tebal. Di kemasan makanan terdapat instruksi untuk memanaskan makanan. Bisa menggunakan oven listrik (microwave), langsung ditumis di atas wajan, dikukus, hingga direbus atau cukup disiram air panas.

Meski tampak seperti makanan beku pada umumnya, cita rasa Laukita memang berbeda, tidak anyep seperti frozen food pada umumnya. Mungkin karena kemasannya yang istimewa, rasa masakan yang dihangatkan tetap enak di lidah. Semua bumbu dan rempah terasa pas. Bahkan di beberapa menu rasa pedasnya begitu menggigit lidah. "Kuncinya memang di sistem pengawetannya yang tak memakai zat pengawet, sehingga rasa dan kesegaran makanan tetap terjaga dalam waktu lama," Adhia menjelaskan.

Menu Laukita. Foto: Instagram LaukitaIndonesia

Bukti kesegaran itu, kata Adhia, terlihat dari daun jeruk yang disertakan dalam setiap kemasan makanan. Daun jeruk merupakan salah satu bahan alami untuk mencirikan sebuah makanan memakai bahan pengawet atau tidak. Kalau memakai zat pengawet buatan, Adhia menambahkan, warna daun jeruk akan terlihat gelap dan tidak segar. Ciri kesegaran masakan Laukita juga terasa melalui tekstur daging yang empuk dan terasa sari patinya (juicy) meski telah dibekukan.

Namun, gara-gara kemasannya yang 'canggih' itu, harga jual Laukita terbilang cukup tinggi. Untuk semua menu yang dijual dengan takaran porsi sekitar 175 gram, banderolnya Rp 60-74 ribu. Ini belum termasuk ongkos kirim. Saat ini, Laukita bisa dibeli melalui aplikasi jual-beli daring, seperti Tokopedia, Shopee, JDID, Blibli, dan Bukalapak.

Dalam ulasan beberapa pembeli Laukita di berbagai aplikasi e-commerce tampaknya sepakat bahwa meski cita rasanya enak, harga jual produk ini kelewat mahal. Apalagi jika dibandingkan dengan porsinya yang hanya cukup untuk satu orang. Namun, terlepas dari itu, inovasi Laukita ini bisa menjadi alternatif bagi mereka yang harus bekerja dan berdiam diri di rumah selama pandemi corona. Terlebih bagi kalangan pekerja yang terlalu sibuk serta tak sempat berbelanja bahan makanan dan memasak.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."