Perlukah Anak Sehat Pakai Masker Bedah untuk Cegah COVID-19?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Seorang pria dan anak-anak mengenakan masker, melihat rak-rak makanan kaleng dan mie instan yang kosong ketika orang-orang membeli persediaan makanan, setelah Singapura menaikkan tingkat peringatan wabah Virus Corona menjadi status oranye, di sebuah supermarket di Singapura 8 Februari 2020. REUTERS/Edgar Su

Seorang pria dan anak-anak mengenakan masker, melihat rak-rak makanan kaleng dan mie instan yang kosong ketika orang-orang membeli persediaan makanan, setelah Singapura menaikkan tingkat peringatan wabah Virus Corona menjadi status oranye, di sebuah supermarket di Singapura 8 Februari 2020. REUTERS/Edgar Su

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Terkait pengumuman dua kasus positif virus corona atau COVID-19 di Indonesia pada Senin, 2 Maret 2020, masker bedah menjadi barang yang diburu oleh masyarakat. Tujuannya untuk mencegah terpapar COVID-19. Ternyata, masker itu berfungsi pada orang yang sakit guna mencegah penyebaran droplets atau percikan air liur yang mengandung virus, termasuk COVID-19.

Dokter Spesialis Anak Agnes Tri Harjaningrum mengatakan penggunaan masker bedah tidak disarankan baik bagi orang dewasa maupun anak yang dalam kondisi sehat. "Alasannya karena masker bedah ini tetap tidak bisa melindungi secara sempurna dari partikel kecil seperti virus yang masuk. WHO juga sudah mention jika pakai masker kurang efektif, jika kita dalam kondisi sehat," kata Agnes saat dihubungi Tempo.co, Selasa, 3 Maret 2020.

Agnes kembali menyarankan agar memakai masker seperlunya saja, sebab memakai masker seolah-olah merasa aman. "Padahal ada pencegahan yang lebih efektif seperti mencuci tangan, tapi dilupakan," ujarnya.

Menurut Agnes pemakaian masker bedah yang tepat hanya untuk orang yang sakit. Selain itu, jika  berada di daerah pandemi disarankan pakai masker, termasuk orang yang imunitasnya lemah dan menunggu orang sakit atau sedang berada di rumah sakit.

Masker terdiri dari jenis, pertama masker bedah dan yang kedua masker N95. Masker jenis N95 tidak diproduksi untuk usia anak, hanya dewasa. Sedangkan masker bedah bisa disesuaikan dengan anak karena ada talinya.

Agnes menambahkan sampai saat ini masker N95 bisa mencegah infeksi sampai 95 persen, namun belum ada penggunaan standar masker N95 khususnya untuk anak. Jika dipakai pada anak justru berisiko sesak napas karena kekurangan oksigen. Melalui kanal video YouTube-nya Meet Dokter Agnes, ia juga mengimbau agar memakai masker sesuai fungsinya. 

Berikut ini langkah pemakaian masker bedah yang bisa juga dipraktikkan untuk anak yang sedang sakit atau berada di daerah pandemi

1. Cuci tangan pakai air mengalir dan sabun atau pembersih tangan berbahan dasar alkohol.

2. Saat memasang masker, pastikan masker menutup bagian hidung dan mulut. Pastikan menekan kawat di bagian hidung agar menutup bagian wajah, tidak ada celah.

3. Selama pakai masker, cegah untuk menyentuh bagian luar masker.

4. Ketika hendak membuang masker jangan sentuh bagian luar.

5. Setelah buang masker, jangan lupa kembali cuci tangan sesuai prosedur.

6. Segera ganti masker dengan yang baru, jika sudah terasa lembap atau basah.

7. Jangan memakai ulang masker jika yang hanya diperbolehkan sekali pakai

8. Masker berbahan kain dan wol tidak direkomendasikan karena tidak bisa mencegah penularan infeksi

"Lagi-lagi kuncinya ialah pakai masker sesuai indikasinya dan jangan lupakan cara pencegahan dengan informasi etika batuk, sering cuci tangan, dan untuk anak melengkapi imunisasi," imbau Agnes.

Selain itu, perkuat imunitas atau kekebalan tubuh dengan asupan bergizi dan cukup istirahat pada anak.

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."