Satu Lagi Kelebihan Diet Mediterania, FAO pun Mendukung

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi wanita makan buah dan sayur. shutterstock.com

Ilustrasi wanita makan buah dan sayur. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Diet mediterania menerapkan pola makan dan hidangan ala Mediterania, seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, ikan, minyak, dan zaitun. Berbagai makanan tadi bermanfaat untuk kesehatan jantung.

Metode diet mediterania yang mulai populer ini juga banyak dipilih untuk membantu menurunkan berat badan. Lebih jauh dari itu, rupanya pola makan Mediterania baik untuk kesehatan pencernaan. Sebuah studi baru menemukan bahwa orang yang menyantap menu Mediterania memiliki lebih banyak jenis bakteri usus baik yang mendukung proses penuaan tubuh secara lebih sehat.

Studi yang dilakukan tim peneliti dari University College Cork, Irlandia, itu menyatakan para responden yang menjalankan diet Mediterania selama satu tahun menunjukan adanya perubahan menguntungkan pada organ pencernaan mereka. "Diet ini membantu mempertahankan keanekaragaman spesies bakteri pada usus. Hal ini (keberagaman mikrobioma pada usus) dianggap lebih menyehatkan," demikian penjelasan Paul O'Toole, ahli mikrobiologi University College Cork yang memimpin penelitian ini seperti dimuat dalam jurnal Gut, 21 Februari 2020.

Menu makanan Mediterania dikaitkan dengan peningkatan spesies bakteri yang dikenal mampu menjaga fisik dan mental seseorang lebih kuat seiring bertambahnya usia. Perubahan mikrobioma usus yang bermanfaat ini disebabkan oleh peningkatan serat makanan serta vitamin dan mineral terkait, seperti vitamin C, B6, B9, dan tembaga, kalium, besi, mangan, dan magnesium.

Diet Mediterania mampu menekan produksi zat kimia yang dapat membahayakan usus dan organ pencernaan lain. Diketahui bahwa pola makan ini merangsang peningkatan jumlah bakteri usus yang menghasilkan "asam lemak rantai pendek" bermanfaat dan penurunan bakteri yang membantu membuat asam empedu tertentu. “Produksi berlebih dari asam empedu itu dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker usus besar, resistansi insulin (pendahulu diabetes), kerusakan "lemak" hati dan sel yang tidak sehat,” ujar O'Toole.

Dalam studi ini, para peneliti melacak bagaimana diet Mediterania mempengaruhi mikrobioma pada lebih dari 600 orang berusia 65 sampai 79 tahun, yang tinggal di Prancis, Italia, Belanda, Polandia, dan Inggris. Para peserta dibagi dalam kategori berdasarkan kondisi pencernaan mereka: lemah (28 orang), di ambang kelemahan (151 orang), atau tidak lemah (433 orang). Mikrobioma usus mereka dinilai sebelum dan setelah 12 bulan dari makan makanan biasa atau diet Mediterania yang telah dirancang khusus untuk kalangan lanjut usia.

Pendapat ahli diet di Lenox Hill Hospital di New York City, Sharon Zarabi, memperkuat penelitian tersebut. Menurut Sharon Zarabi, pola makan memang menjadi kunci utama terhadap kesehatan pencernaan. "Sayuran berdaun hijau tua, kacang-kacangan, dan biji-bijian, semua memiliki manfaat berlipat ganda dalam meningkatkan mikrobioma usus."

Karena itu, pola makan pun dapat memberikan pengaruh kuat pada kesehatan manusia. “Setiap peningkatan mikrobioma memiliki koneksi kuat ke otak dan perkembangan kognitif," ujarnya. Zarabi mengatakan diet Mediterania sangat disarankan dan aman bagi berbagai kalangan karena menu makanannya kaya akan vitamin dan mineral. “Menu makanan ini pun mendorong penurunan berat badan sembari menjaga kita tetap merasa kenyang."

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) baru-baru ini juga menyatakan pola makan ala Mediterania baik untuk keberlanjutan lingkungan dan keanekaragaman hayati. Hal itu dikemukakan dalam diskusi untuk mempromosikan gagasan bahwa diet Mediterania dapat membantu mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan global. Deputi Direktur Jenderal FAO untuk Iklim dan Sumber Daya Alam, Maria Helena Semedo, mengatakan saat ini pola makan didominasi dengan menu yang monoton, tinggi lemak, gula, dan garam.

Hasilnya, kata dia, konsekuensi negatif kumulatif pada kesehatan manusia. Hal itu disebabkan peningkatan drastis penderita obesitas dan kelebihan berat badan, serta pada penyakit tidak menular. Sedangkan dampak negatif pada lingkungan terjadi melalui degradasi sumber daya alam yang intensif, termasuk hilangnya keanekaragaman hayati untuk makanan dan pertanian. Untuk mengatasi tren negatif ini, menurut Maria, diet Mediterania dan diet tradisional lainnya perlu dilestarikan dan dipromosikan.

HEALTH24 | NEW FOOD MAGAZINE

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."