Pentingnya Buku KIA untuk Kesehatan Ibu dan Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi ibu/perempuan dan anak-anak. REUTERS/Neil Hall

Ilustrasi ibu/perempuan dan anak-anak. REUTERS/Neil Hall

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Seberapa sering ibu baru menyimak pertumbuhan buah hati dari Buku Kesehatan Ibu dan Anak atau buku KIA? Bila jarang, segera ubah kebiasaan tersebut. Sebab buku itu menunjang pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) hingga pencatatan yang efektif serta efisien.

Selain berisi perkembangan anak, berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak juga menjadi konten dalam buku KIA. Setiap ibu hamil mendapat satu buku KIA. Jika ibu hamil atau melahirkan bayi kembar, maka ibu memerlukan tambahan satu buku KIA.

Buku KIA tersedia di Posyandu, Polindes/Poskesdes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, bidan praktik, dokter praktik, rumah bersalin, dan rumah sakit.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Anak Prof Soedjatmiko mengatakan, pemanfaatan buku KIA bisa dibilang masih minim. Hal itu dapat dilihat dari fakta Riset Kesehatan Dasar yang menunjukkan tingginya masalah kesehatan ibu dan anak. 

"Mulai dari masalah berat bada bayi baru lahir rendah, anak stunting, sering sakit, ibu hamil kurang dan anak kurang gizi, anak kurang stimulus bermain. Masalah tersebut kelak bisa menghasilkan sumber daya manusia berkualitas rendah," ucap Soedjatmiko dalam acara Master Class Stimulasi dan Nutrisi Fondasi Penting di Masa Toddler dan Pra-Sekolah untuk Mendukung Masa Depan Anak Indonesia, di Jakarta, Senin, 27 Januari 2020.

Berdasar survei tumbuh kembang anak yang dilakukan The Asian Parents pada Januari 2020, sebanyak 29 persen ibu belum mengetahui dengan benar tahapan yang sesuai dengan usianya.

Padahal, lanjutnya, sumber informasi mengenai kesehatan ibu dan anak sudah bisa didapatkan melalui buku KIA. "Banyak alasan yang ditemukan di lapangan jika kebanyakan ibu merasa tidak ada waktu untuk mengakses buku penting tersebut," ucap Soedjatmiko.

Karena itulah Soedjatmiko tak hentinya mengingatkan kepada para orang tua agar memanfaatkan buku KIA dengan semaksimal mungkin. Sebab melalui buku tersebut orang tua bisa memantau secara konsisten tahapan tumbuh kembang anak.

"Apakah tahapan anak sudah sesuai dengan milestone-nya setiap tahun, gizi apa yang dibutuhkan, stimulus apa yang perlu dilakukan orang tua untuk menunjang tumbuh kemang anak," ucapnya.

Sebab, menurutnya stimulasi yang disesuaikan dengan usia anak dapat mendukung tumbuh kembangnya secara optimal, terutama di 1.000 hari pertama kehidupannya.

"Di masa ini perkembangan otak dan pertumbuhan fisik berlangsung begitu pesat. Eksplorasi merupakan salah satu bentuk stimulasi anak untuk mendukung tumbuh kembangnya," ujar dia.

Kementerian Kesehatan menetapkan bahwa buku KIA menjadi satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan dan selama nifas hingga bayi yang dilahirkan berusia 6 tahun, termasuk pelayanan imunisasi, gizi, tumbuh kembang anak dan KB (SK Menkes Nomor 284/Menkes/SK/III/2004).

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."