Penelitian: Perempuan Sering Bercinta Cegah Menopause Dini

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi menopause. shutterstock.com

Ilustrasi menopause. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaMenopause adalah saat di mana seorang wanita tidak lagi mengalami siklus haid atau menstruasi. Kondisi ini dapat terjadi ketika kadar hormon-hormon di dalam tubuh mulai berkurang. Usia menopause seorang wanita berbeda-beda, tapi umumnya terjadi di usia 40-an akhir atau 50-an awal. Cepat atau lambatnya menopause tergantung pada beragam faktor dan ternyata bercinta adalah satu satunya.

Perempuan yang bercinta setidaknya sebulan sekali memiliki risiko menopause dini lebih rendah dibandingkan perempuan yang jarang bersenggama, peneliti menemukan fakta itu dalam riset yang disebut merujuk pada bentuk pertukaran energi biologis.

Studi data berdasarkan 3.000 perempuan di Amerika Serikat menunjukkan mereka yang aktif melakukan kegiatan seksual setiap pekan atau lebih sering -- meliputi senggama, seks oral, sentuhan seksual atau stimulasi diri-- 28 persen di antaranya cenderung belum mencapai menopause dibandingkan perempuan seumurannya yang bercinta kurang dari sekali.

"Jika seorang wanita tidak melakukan hubungan seks, dan tidak ada kemungkinan kehamilan, maka tubuh 'memilih' untuk tidak berinvestasi dalam ovulasi, karena tidak ada fungsinya," kata Megan Arnot, seorang kandidat PhD di University College London (UCL) yang ikut memimpin penelitian.

Ia mengatakan temuan ini mendukung gagasan bahwa menopause pada manusia awalnya berevolusi untuk mengurangi konflik reproduksi antara generasi perempuan, dan untuk memungkinkan wanita yang lebih tua meningkatkan kebugaran mereka dengan berinvestasi pada cucu mereka.

Dilansir Reuters, perempuan lebih rentan terhadap penyakit selama ovulasi karena sistem kekebalan tubuh mereka tertekan selama masa itu.

Arnot mengatakan "pertukaran biologis" yang jelas adalah bahwa akan sia-sia menginvestasikan energi dalam proses ovulasi jika seorang perempuan jarang berhubungan seks dan kemungkinan takkan hamil, sehingga tubuh mengalihkan sumber daya energi untuk melindungi dan merawat keturunan yang ada.

"Tentu saja menopause pasti akan terjadi pada perempuan dan tak ada intervensi yang bisa mencegah berhentinya reproduksi," kata Ruth Mace, profesor antropologi yang ikut meneliti.

"Meskipun demikian, hasil ini merupakan indikasi awal bahwa waktu menopause mungkin adaptif dalam merespons kemungkinan hamil," katanya.

Riset itu diterbitkan dalam jurnal Royal Society Open Science berdasarkan data dari Study of Women's Health Across the Nation Amerika Serikat.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."