Kenali 3 Jenis Gangguan Bipolar, Ada yang Jadi Kompetitif

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi gangguan bipolar (Pixabay.com)

Ilustrasi gangguan bipolar (Pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Gangguan bipolar kembali ramai dibicarakan setelah pengusaha Medina Zein mengaku bipolar sejak tahun 2016. Ia ungkapkan gangguan mental yang dialami merupakan genetik atau turunan dari ibunya.

Medina Zein ditangkap oleh Anggota Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro saat berada di rumah sakit kawasan Lebak Bulus pada Sabtu, 28 Desember 2019. Penangkapannya ini merupakan lanjutan dari kasus Ibra Azhari yang juga merupakan kakak ipar Medina.

Medina berujar mengkonsumsi obat-obatan untuk pengidap bipolar atas izin dokter. Obatnya itu diduga membuat ia positif narkoba saat melakukan tes urine.

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus, polisi telah melakukan tes urine tehadap Medina Zein. Hasilnya, istri Lukman Azhari itu dinyatakan positif menggunakan amphetamine. "Untuk MZ ini penggunaannya tidak terlalu lama," ujar Yusri.

Pada Jumat 3 Januari 2020, Medina Zein dikirim ke Lembaga Pendidikan Polri, Lebak Bulus, Jakarta Selatan untuk menjalani rehabilitasi selama tiga bulan.

Mengutip laman Sehatq, bipolar merupakan sebuah kondisi yang menampilkan perubahan ekstrem pada suasana hati dan naik turunnya energi serta tingkat aktivitas yang membuat kehidupan sehari-hari menjadi sulit. Gangguan ini dulunya lebih dikenal sebagai depresi manik, yang merupakan penyakit mental serius.

Jika tidak ditangani dengan baik, gangguan bipolar akan merusak hubungan sosial, jenjang karier, dan pendidikan penderitanya. Dalam beberapa kasus, gangguan ini bahkan dapat menyebabkan bunuh diri.

Sekitar 2,9 persen orang Amerika didiagnosis mengidap gangguan bipolar dan sekitar 83 persen kasusnya digolongkan sebagai kasus yang parah. Penyakit mental ini umumnya terjadi pada usia 15-25 tahun, walaupun dapat terjadi pada segala usia baik perempuan maupun laki-laki.

Seorang pengidap gangguan bipolar akan mengalami fase mania atau hipomania dan depresi, yang dapat menyebabkan psikosis. Fasenya dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan, dengan periode stabil di tengah-tengahnya. Gangguan ini dapat diredakan dengan mengkonsumsi obat-obatan, namun butuh dosis yang tepat.

Berikut tiga jenis bipolar

1. Gangguan Bipolar I

Penderita gangguan bipolar I dapat didiagnosis dengan ciri-ciri memiliki satu episode manik dan penderita sebelumnya memiliki episode depresi yang berat. Dokter harus menyingkirkan gangguan yang tidak terkait dengan bipolar, seperti delusi, skizofrenia, dan ganguan psikotik lainnya.

2. Gangguan Bipolar II

Pada diagnosis gangguan bipolar II, penderita mengalami lebih dari satu episode depresi dan hipomanik. Hipomanik merupakan keadaan yang lebih ringan ketimbang manik.

Gejalanya adalah pola tidur yang kurang, menjadi kompetitif, dan penuh semangat.

Jenis gangguan bipolar II juga dapat melibatkan fase campuran dengan adanya gejala mood yang kongruen (halusinasi atau delusi yang topiknya konsisten meliputi ketidakcukupan, rasa bersalah, penyakit, kematian, nihilism, atau hukuman yang layak) atau gejala mood inkongruen (halusinasi atau delusi yang topiknya tidak mencakup tema-tema dalam mood kongruen).

3. Cyclothymia

Jenis gangguan bipolar yang satu ini melibatkan fase depresi tingkat rendah yang bergantian dalam beberapa periode hipomania. Para ahli mengklasifikasikan jenis ini secara terpisah dari gangguan bipolar, karena perubahan mood yang dialami tidak sedramatis seperti dalam gangguan bipolar.

Seseorang yang didiagnosis memiliki bipolar mendapatkan diagnosis seumur hidupnya. Penderita mungkin bisa memasuki periode stabil, namun mereka akan selalu memiliki diagnosis tersebut.

Gangguan bipolar bisa diredakan dengan terapi yang tepat. Perawatan bertujuan untuk mengurangi frekuensi manik dan episode-episode depresi agar mereka dapat menjalani hidup yang relatif normal dan produktif.

Perawatan bipolar menggabungkan beberapa kombinasi terapi, termasuk obat-obatan dan intervensi fisik serta psikologis.

SEHATQ | M. YUSUF MANURUNG

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."