Sebab dan Bahaya Munculnya Bakteri di Mesin Cuci, Menurut Studi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Pekerja mengoperasikan mesin cuci di tempat jasa cuci-setrika  pakaian di Jakarta, 23 Juni 2018. Tingginya permintaan mencuci dan menyetrika pakaian saat libur Lebaran membuat berbagai usaha <i>laundry</i> kebanjiran order hingga 50 persen ketimbang hari biasa. Tempo/Fakhri Hermansyah

Pekerja mengoperasikan mesin cuci di tempat jasa cuci-setrika pakaian di Jakarta, 23 Juni 2018. Tingginya permintaan mencuci dan menyetrika pakaian saat libur Lebaran membuat berbagai usaha laundry kebanjiran order hingga 50 persen ketimbang hari biasa. Tempo/Fakhri Hermansyah

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Mesin cuci yang kelihatannya bersih pun ternyata bisa mengandung bakteri. Contohnya penemuan patogen resisten dalam pakaian bayi yang baru lahir di sebuah rumah sakit di Jerman beberapa waktu lalu. Investigator, dalam jurnal Applied and Enviromental Microbiology, seperti dilansir dari laman Healthline, menemukan patogen ini di mesin ruang cuci rumah sakit.

Mesin cuci ini biasanya digunakan dalam rumah tangga. Untungnya, bayi-bayi hanya terpapar patogen Klebsiella oxytoca yang resisten tetapi tidak benar-benar terinfeksi, kata para peneliti. Namun, temuan ini memunculkan tanya, jika ada masalah di mesin cuci rumah perlukah konsumen khawatir pada bakteri berbahaya di mesin cuci mereka? Jawabannya beragam.

"Mesin cuci rumah sakit yang terpapar bakteri ini resisten dan bisa menyebabkan infeksi, namun masih memerlukan tempat hidup yang tepat. Banyak orang dapat terpapar dengan bakteri yang resistan terhadap obat, namun tidak terinfeksi," ujar Dr. Amesh Adalja dari Johns Hopkins Center for Health Security di Maryland, Amerika Serikat.

Biasanya, demi menghemat energi, mesin cuci diatur dalam suhu yang lebih rendah, yakni kurang 60 derajat Celsius. Hal ini berarti lebih banyak bakteri yang selamat dari pencucian, menurut Ricarda M. Schmithausen, penulis utama studi dan seorang dokter senior di Institute for Hygiene and Public Public di WHO Collaboration Center di Universitas Bonn, Jerman.

Secara khusus, para peneliti menemukan bakteri tumbuh di segel karet mesin cuci, kemudian menyebar selama siklus bilas yang tidak dipanaskan. Apakah bakteri ini berbahaya? Peneliti mengatakan sebagian besar bakteri bersifat jinak atau bahkan bermanfaat.

“Bagi yang menggunakan pencucian dengan air dingin atau hangat dan siklus pengeringan pendek yang efisien, beberapa kuman yang kuat akan tertinggal di pakaian, tapi kemungkinan bakteri berbahaya dan resisten dalam mesin cuci, sangat kecil," tutur Dr. Bruce Hirsch, dokter dari North Shore University Hospital di Manhasset, New York.

“Kita semua terpapar bakteri setiap saat, tapi tidak sakit. Temuan studi ini menunjukkan perlunya mempertimbangkan pencucian dan pengeringan menggunakan air hangat saat ada anggota keluarga yang dirawat untuk waktu lama," kata Martin Exner dari WHO Collaboration Center.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."