8 Cara Mengajarkan Anak Bersyukur, Coba Pakai Toples Terima Kasih

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi keluarga. Shutterstock.com

Ilustrasi keluarga. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Rasa syukur salah satu nilai kehidupan yang penting untuk diajarkan kepada anak-anak sedari dini. Orang tua perlu menekankan kemurahan hati dan penghargaan dalam kehidupan sehari-hari. Dilansir dari Huffpost, sejumlah orang tua membagikan hal-hal sederhana untuk mengajarkan anak bersyukur.

Berikut delapan cara para orang tua di Amerika Serikat dalam menanamkan rasa terima kasih kepada anak-anak, kita juga bisa tiru dan modifikasi dengan nilai-nilai yang sudah ada di keluarga.

1. Jurnal ucapan terima kasih

Sejumlah orang tua menggunakan jurnal yang berisikan ucapan terima kasih dari anak-anak. Hal ini dapat menjadi cara bagi anak-anak untuk menuliskan rasa syukur setiap hari.

“Kami menggunakan jurnal terima kasih di rumah. Beberapa meminta, sedangkan lainnya tidak. Itu adalah cara yang bagus untuk membantu semua orang di keluarga dalam berpikir tentang hal-hal kecil yang harus kita syukuri sehari-hari," kata Sacha Susanne, salah satu orang tua.

2. Mendonasikan mainan

Jennifer Lapaglia, salah satu orang tua, mengatakan bahwa keluarganya kerap mendorong anak-anak untuk mendonasikan mainan dan pakaian ke dalam situs web.

"Saya katakan padanya itu untuk orang-orang yang tidak bisa membeli barang baru yang bagus. Dia mulai mengajukan pertanyaan tentang mengapa dan saya merasa seperti membuka matanya untuk bersyukur atas apa yang dia miliki dan terima," ujar Jennifer.

3. Penggalangan dana perlindungan hewan

Cara Penny Chatzinoff Schwartz berbeda lagi. Dia menuturkan bahwa anaknya telah dibimbing untuk mengumpulkan tempat penampungan hewan sejak berusia 6 tahun.

"Dia sekarang berusia 12 tahun. Dua tahun lalu mereka menamainya duta pemuda. Dia berbicara kepada anak-anak lain tentang apa yang dilakukan dan bagaimana mereka dapat membantu juga. Dia pun melakukan pengiriman besar setiap bulan dan mengumpulkan uang untuk ulang tahunnya melalui penggalangan dana," ucap Schwartz.

4. Toples terima kasih

Teri D'Angelo mengatakan bahwa keluarganya memiliki toples yang diberi nama "Toples Terima Kasih". Seusai makan malam atau kapan pun saat ingat, D'Angelo dan keluarganya masing-masing menuliskan hal yang disyukuri pada selembar kertas dan meletakkannya di toples tersebut.

"Anak saya yang berumur 7 tahun bergantian menulisnya untuk anak saya yang berusia 2 tahun. Kemudian, ketika toples menjadi penuh atau pada Thanksgiving, kami membuka toples dan membacakan isi kertas dengan keras dan menebak siapa yang menulisnya," tuturnya.

5. Berbicara tentang ketidakadilan

Ashley Firestone punya cara lain. Untuk menumbuhkan rasa syukur kepada anak-anak, dia mencoba memberikan penjelasan tentang ketidakadilan yang ditemuinya, baik secara langsung maupun tidak.

"Misalnya, kita melihat seseorang mengalami tunawisma di jalan, lantas kita berdua mengucap rasa terima kasih karena memiliki rumah sendiri dan berbicara tentang apa yang bisa dilakukan untuk membantu orang lain, dan bagaimana tanggung jawab untuk menjadi penolong," jelasnya.

6. Terlibat dalam komunitas

Kate Auletta, orang tua lain, menjelaskan bahwa setiap kali ada kesempatan dalam acara penggalangan dana, dia meluangkan waktu untuk menjelaskan kepada anaknya tentang betapa beruntungnya mereka.

"Saya membiarkan mereka mengambil kaleng makanan atau mengambil buku untuk disumbangkan ke perpustakaan setempat," urainya.

7. Kartu ucapan terima kasih

“Kami menulis kartu ucapan terima kasih untuk setiap hadiah yang diterima. Ini seni yang hilang tetapi yang penting bagi saya," tukas Lisa Fischer Foster.

8. Ritual makan malam

“Kami meminta mereka menyebutkan setidaknya satu hal yang mereka syukuri setiap malam saat makan, sampai pada titik di mana saya lupa dan putri saya akan meminta untuk melakukannya," pungkas Lisa Ann, orang tua lainnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."