Mamah Dedeh Bagi Tips Rukun dengan Tetangga: Ibarat Jari-Jemari

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Mamah Dedeh. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

Mamah Dedeh. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menjaga kerukunan di lingkungan masyarakat tidaklah mudah. Ada antar tetangga yang ogah saling membantu, ada pula sebagian orang yang tidak pernah bertegur sapa dengan masyarakat di lingkungannya.

"Hadis nabi mengatakan muslim dengan muslim itu seperti bangunan yang saling menguatkan," kata Mamah Dedeh pada 9 Desember 2019 dalam acara bertajuk 'Hidup Rukun Bermasyarakat' Tabligh Akbar bersama Mamah Dedeh oleh PKK RW 10 Bekasi Jaya, Kota Bekasi.

Mamah Dedeh mengatakan dalam sebuah bangunan, semuanya bersatu padu. Ada batu, pasir, semen, air, ada pula bahan lain yang membuat bangunan itu bisa kokoh berdiri.

Mamah Dedeh mengibaratkan bahwa bahan-bahan itu adalah ragam profesi, latar belakang dan kekayaan yang dimiliki orang-perorang dalam suatu kelompok masyarakat. Keberagaman latar belakang itu seharusnya bisa bersatu untuk menjadi komunitas yang solid. "Bekerja kalian sesuai profesi masing masing, tapi buatlah rukun di masyarakat dengan bersatu padu." katanya.

Kerukunan masyarakat juga diibaratkannya dengan jari-jemari manusia. Mamah Dedeh mengatakan dalam jari jemari kita ada sosok jempol, si jari gemuk, namun pendek. "Artinya, di masyarakat kita ada orang hebat. Dia bisa melakukan dan mengurus banyak hal. Tapi dia tidak sombong karena tidak tinggi," tutur Mamah Dedeh.

Mamah Dedeh mengingatkan masyarakat agar jangan sombong, walaupun memiliki kerjaan yang bergaji tinggi. Menurutnya, Allah tidak suka orang sombong. "Ketika bertemu dengan orang dan tetangga, jangan melengos dan merasa paling hebat. Jauhkanlah diri dari sombong. Orang kaya itu pasti juga membutuhkan orang miskin," ucap perempuan berusia 68 tahun ini.

Mamah Dedeh saat mengisi acara tabligh akbar bertajuk 'Hidup Rukun Bermasyarakat' yang diselenggarakan PKK RW 10 Bekasi Jaya, Bekasi, 9 Desember 2019. TEMPO/Mitra Tarigan

Menurut Mamah Dedeh, selain karena jabatan dan profesi, orang juga bisa memiliki sifat sombong karena banyak hal. Ada orang sombong karena memiliki harta banyak, ada pula orang sombong karena memiliki paras menawan. "Wajah mereka itu pemberian Allah. Nanti kalau tua juga peyot dan hilang gigi," tutur ia.

Mamah Dedeh mengingatkan bahwa Allah tidak menilai seseorang karena wajah cantik jelita dan ketampanan atau body bohai, namun karena hatinya. "Hati orang itu bisa diolah dan dididik," ucap ia.

Jari telunjuk pun memberikan pelajaran bagi orang tentang hidup rukun bermasyarakat. Menurut Mamah Dedeh, jari telunjuk itu bisa dianggap sebagai pemimpin. "Di masyarakat itu ada yang ditunjuk Allah menjadi telunjuk atau pemimpin. Orang ini mengajak masyarakat untuk berbuat maruf (kebaikan) dan menjauhkan munkar (kejahatan)," papar perempuan asal Ciamis, Jawa Barat, ini.

Masyarakat, kata Mamah Dedeh, diharapkan mengikuti perintah orang yang memiliki peran sebagai pemimpin di lingkungannya sepanjang pemimpin itu mengajak untuk kebaikan.

Ada pula jari tengah yang memiliki postur tinggi dan berada di tengah-tengah. Sosok jari tengah yang tinggi dianggap Mamah Dedeh sebagai sosok di masyarakat yang memiliki kelebihan. Bisa saja dia berlebih dalam hal harta atau ilmu.

Lokasi jari tengah yang berada di sentral tangan pun berarti orang seperti jari tengah harus melihat lingkungannya. "Orang yang berlebih itu harus melihat kiri dan kanannya. Jadilah kamu orang yang mengajar dan mendengarkan," jelas Mamah Dedeh.

Orang model ini penting untuk melihat kondisi tetangganya. Apabila ada tetangga yang kekurangan, si sosok jari tengah perlu sekali untuk berbagi harta. Begitu juga bila orang itu adalah sosok berilmu, ia pun penting untuk membagikan ilmunya. "Ingat, ilmu bermanfaatlah yang mendapat pahala. Makanya, jangan pelit-pelit deh membagi resep masakan ke tetangga," tandas pemilik nama lengkap Dedeh Rosida ini.

MITRA TARIGAN

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."