Curhat Kartika Nugmalia Mengasuh Tiga Anak Berkebutuhan Khusus

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Kartika Nugmalia, ibu dengan tiga anak berkebutuhan khusus. (Dok pribadi)

Kartika Nugmalia, ibu dengan tiga anak berkebutuhan khusus. (Dok pribadi)

IKLAN

Kebahagiaan Kartika saat Shoji berhasil mengucap kata demi kata mungkin telah lebih awal dirasakan oleh para ibu yang lain. Namun bagi Kartika tak ada kata terlambat, Shoji memberikan berkah yang tiada terkira.

Anak kedua, Rey mengalami ADHD. Tandanya si anak terus bergerak, tidak bisa diminta untuk duduk tenang. Kecuali memang ada hal yang menarik perhatiannya sekali. Duduk juga tidak jenak. "Pokoknya pengennya bergerak terus. Lari, nabrak-nabrak, tangannya menggapai-gapai biasanya," imbuh ia.

Kemudian, Aisha. Ia mengungkapkan apa yang terjadi pada Aisha lebih kompleks. Anak bungsunya ini terdiagnosis echepolamalacia lobus parietal bilateral (pelunakan jaringan otak) ditambah kejang epilepsi yang terhubung ke west syndrom yakni salah satu jenis epilepsi kejang halus yang membahayakan otaknya, lebih berbahaya dari epilepsi kejang biasa.

"Namun kata dokter sudah ada pengobatan dan terbukti bisa disembuhkan. Ini salah satu harapan terbesar kami," ungkap lulusan Ilmu Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Gadjah Mada ini.

Kartika tak pernah lelah berjuang untuk membantu anaknya. Shoji terus menjalani terapi sensori integrasi 4 kali dan fisioterapi 1 kali sehari. Sementara Aisha, pengobatan yang dilakukan saat ini adalah terapi sensori 3 kali seminggu dan terapi wicara (oral) 1 kali seminggu, ditambah terapi obat anti kejang dan beberapa vitamin untuk meningkatkan fungsi otak.

"Untuk mendukung anak berkebutuhan khusus, sebenarnya dimulai dari orang tuanya dulu. Bagaimana orang tua dengan anak berkebutuhan khusus bisa menerima kondisi anak-anak apa adanya," ucap ia.

Kartika Nugmalia bersama suami dan ketiga anaknya. (Dok. pribadi)

Sakit itu Penggugur Dosa

Kartika bercerita, keadaan yang membuatnya drop ialah komplikasi saat kondisinya sedang sangat lelah. Aisha sering begadang lalu susah makan, ditambah rewel tidak mau minum obat. Belum lagi kedua kakaknya yang juga ingin diperhatikan lebih.

"Saya bisa nangis sendiri. Kalau sudah gitu langsung deh curhat sama suami, salat biasanya sudah balik semangat lagi," papar Kartika.

Diungkap Kartika banyak hal yang membuatnya selalu bersemangat. Perkembangan Shoji belakangan ini semakin pesat, ia sudah bisa merangkai kalimat sederhana. Ditambah Aisha pun menunjukkan peningkatan.

Sebagai seorang ibu yang telah melewati rasa menerima, sabar, dan menangis, Kartika selalu mengingat dua kalimat yang saya ingat saat Aisha dirawat di kamar bayi PICU rumah sakit, yaitu QS Al Insyirah 5-6, di mana artinya adalah "Di mana ada kesulitan di situ terdapat kemudahan" dan "Sakit itu penggugur dosa".

Tak Ingin Patah Semangat

Memiliki pengalaman dengan buah hati berkebutuhan khusus, Kartika tidak ingin melihat ibu-ibu lain patah semangat. Dia kerap mengampanyekan apa yang dia alami, apa yang dia baca. Kartika berbagi ilmu bersama teman-teman terkait di media sosial seperti Facebook dan blog, bahkan juga berbagi pengalamannya di komunitas.

"Pernah ikut TORCH Kampanye yang diadakan Rumah Ramah Rubella juga, ikut seminar dan bergabung di komunitas kelompok pendukung anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah Shoji, di grup WhatsApp yang beranggota anak-anak dengan epilepsi, juga di grup Facebook Wahana Keluarga Cerebral Palsy. Makin banyak ilmu dan makin banyak teman itu bikin saya dan suami lebih menikmati proses bareng anak-anak, "kata Kartika.

Selain itu, dalam memberikan informasi, Kartika mengatakan karena dia mewakili orang yang senang bercerita, jadi jika bertemu orang jadi banyak cerita. Ditambah Aisha selalu dibawanya ke mana-mana. Saat bertanya banyak yang bertanya tentang usia dan kebisaan Aisha selama tumbuh kembangnya.

"Saat itu juga peluang saya untuk cerita tentang kondisi Aisha dan apa pun yang menjadi penyebabnya. Kadang-kadang tanggapan orang berbeda, ada yang terdiam, ada yang mengiyakan, ada yang membalikkan cerita kondisi saudara teman yang ABK, ada yang menyemangati dan ada pula yang "ngepuk puk" biar lebih sabar," kisah ia

Kini harapan Kartika sebagai ibu adalah Shoji, Rey, dan Aisha menjadi anak mandiri yang memiliki karakter. Menjadi manusia yang utuh dengan segala ketidaksempurnaan yang menjadikan manusia sempurna. "Percaya diri, mampu memberdayakan diri sendiri, menjadi pribadi yang takut akan Tuhan, dan bermanfaat bagi sesama," pungkas Kartika.

Halaman

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."