Istri Nadiem Makarim Mendongeng Si Kancil: Bukan Anak yang Nakal

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Franka Franklin, istri Nadiem Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, membacakan cerita Si Kancil di Hari Mendongeng Nasional di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa, 26 November 2019. Foto: Dok. Kemendikbud

Franka Franklin, istri Nadiem Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, membacakan cerita Si Kancil di Hari Mendongeng Nasional di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa, 26 November 2019. Foto: Dok. Kemendikbud

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Si Kancil merupakan salah satu dongeng favorit anak-anak Indonesia. Kebanyakan anak mengetahui dongeng ini berisi cerita Si Kancil yang nakal. Namun, Franka Franklin, istri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, punya versi lain cerita ini, yaitu si kancil yang baik hati dan suka menolong.

Dongeng Si Kancil itu diceritakan Franka di hadapan anak-anak Sekolah Dasar (SD) di acara Hari Mendongeng Nasional di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa, 26 November 2019.

Franka mengawali kegiatan mendongeng dengan terlebih dulu bertanya kepada anak-anak tentang karakter Si Kancil yang mereka ketahui. Hampir semua anak punya pandangan yang sama bahwa si kancil adalah anak yang nakal.

Karakter Si Kancil, menurut Franka, bukanlah seperti yang dikira anak-anak selama ini. Hewan ini sebenarnya baik hati dan suka menolong. Franka kemudian menceritakan versi lain dongeng Si Kancil yang membuat anak-anak antusias.
 
Franka Franklin membacakan cerita Si Kancil di Hari Mendongeng Nasional di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa, 26 November 2019. (Foto: Istimewa)

"Jadi begitu cerita sebenarnya. Si Kancil bukan anak yang nakal. Tapi dia adalah anak yang baik karena suka berbagi," ujar ibu dari Solara Franklin Makarim ini dari keterangan pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayan (Kemendikbud).

Selaras dengan sang istri yang bersemangat mendongeng, Mendikbud Nadiem Makarim mengajak para orang tua meluangkan waktu membacakan dongeng kepada anak untuk menciptakan semangat membaca dan bercerita bagi anak-anak. Selain itu, kisah yang dibangun dalam cerita dongeng juga dapat menciptakan imajinasi dan melatih kreativitas anak.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mendongeng dalam acara Hari Mendongeng Nasional ini merupakan rangkaian acara Pekan Perpustakaan Kemendikbud tahun 2019 Selasa 26 November 2019/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

"Apa maknanya mendongeng dan membaca itu? Maknanya adalah agar adik-adik semua senang dan mencintai cerita dan mencintai buku. Karena dari cerita itulah kita menciptakan imajinasi dan dari situlah kita berlatih jadi kreatif," ujar dia.

Tak hanya itu, Nadiem juga menyatakan pendidikan anak tak hanya tugas seorang ibu tapi juga tugas seorang bapak. Keduanya harus bersinergi dalam mendidik anak terlebih saat membacakan cerita-cerita dongeng yang bermanfaat. "Di rumah, kalau malam kita juga mendongengkan bayi kita," ujar Mendikbud sambil menunjuk kedua puterinya yang turut hadir dalam acara tersebut.

Franka Franklin, istri Nadiem Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, membacakan cerita Si Kancil di Hari Mendongeng Nasional di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa, 26 November 2019. Foto: Dok. Kemendikbud

Mau tahu seperti apa kisah Si Kancil yang dibacakan Franka? Berikut petikan ceritanya.

Semua bermula saat Si Kancil yang tinggal sendiri di Hutan tanpa teman. Meski banyak ketimun dan sering makan di hutan, Kancil yang seorang diri merasa kesepian. Ia lalu berinisiatif mengundang teman-temannya untuk makan ketimun bersama.

Kancil lalu bernyanyi, tak lama suaranya terdengar oleh sekawanan gajah, tikus, kambing, dan kerbau. Kedatangan mereka ditandai dengan tanah yang bergetar dan pohon yang bergoyang. Lalu mereka menyantap ketimun bersama-sama dengan lahap.

Karena ketimun masih banyak. Esok harinya, Kancil membawa ketimun dan bergegas pergi untuk membaginya ke teman-temannya. Namun dalam perjalanannya keluar hutan, Kancil dikagetkan dengan sebuah perkampungan penduduk yang kering dan gersang. Akhirnya karena kasihan, si Kancil memberikan ketimun tersebut kepada anak-anak di kampung tersebut.

Tak hanya sampai disitu, Kancil kemudian berinisiatif mengajak penduduk di perkampungan tersebut ke rumahnya di hutan timur. Sesampai di rumahnya Kancil mengajari mereka cara menanam ketimun. Begitu selesai, orang-orang di perkampungan tersebut langsung mempraktikkan ilmu menanam ketimun dari sang Kancil. Kancil kemudian berpesan kepada mereka dengan mengatakan bahwa sesuatu yang baik harus di bagi. Akhirnya mereka mendengarkan, dan tak lama tanah mereka hijau dan ditumbuhi ketimun yang segar.

Hingga suatu hari, saat Kancil mengunjungi tempat mereka lagi. Ia terkejut masih ada sebidang tanah yang masih gersang. Setelah ia periksa, ternyata ada sumber air di desa itu dipagari oleh beberapa orang yang tak ingin berbagi.

Kancil lalu sedih, dan ia kemudian mencoba membongkar pagar itu. Saat asik membongkar, Kancil didapati oleh empunya. Akhirnya si kancil di tangkap dan dikurung ke dalam kandang. Kancil pun sedih. Orang-orang sudah lupa bahwa si kancillah yang pertama kali membantu mereka.

Di dalam kurungan, si Kancil kemudian bernyanyi. Suaranya terdengar oleh teman-temannya. Sekawanan gajah, tikus, kambing, dan kerbau berdatangan ke arahnya. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Sampai-sampai banjir dan menjadi sungai. Saat itu juga si Kancil yang terperangkap melompat dari kurungan dan akhirnya bebas. Akhirnya pemukiman penduduk itu sekarang memiliki sungai. Namun sayangnya, penduduk lupa dan tidak ingat bahwa yang pertama kali membantu mereka adalah si Kancil.

MILA NOVITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."