Waspada, Makan Ikan Asin Berlebihan Bisa Menyebabkan Kanker

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Wisatawan membeli ikan asin di Pantai Sayang Heulang, Kecamatan Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, (1/1). TEMPO/Prima Mulia

Wisatawan membeli ikan asin di Pantai Sayang Heulang, Kecamatan Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, (1/1). TEMPO/Prima Mulia

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ikan asin termasuk yang bersifat karsinogenik. Suatu hal dikatakan sebagai karsinogen, apabila dinilai dapat memicu timbulnya sel kanker di jaringan. Tidak ada salahnya jika Anda sesekali mengonsumsi ikan asin dan dalam jumlah yang sewajarnya. Namun jangan sampai berlebihan karena bisa memicu kanker. 

Metode mengasinkan, sebenarnya adalah cara lama yang digunakan untuk mengawetkan tangkapan hasil laut, saat lemari pendingin dan es belum ditemukan. Saat ini, produksi ikan asin tidak melulu soal mengawetkan, namun lebih kepada memenuhi selera santapan.

Sesuai namanya, ikan asin mengandung banyak sekali garam. Jauh lebih banyak dari rekomendasi harian yang hanya 5 gram per hari. Jika terlalu banyak mengkonsumsi garam telah lama dikaitkan dengan berbagai gangguan kesehatan, termasuk kanker. Sementara ikan asin, dikaitkan dengan kenaikan risiko kanker lambung dan kanker nasofaring.

Ikan asin dan kanker lambung

Mengonsumsi makanan yang mengandung terlalu banyak garam, akan meningkatkan risiko seseorang terkena kanker lambung. Garam dapat merusak dinding lambung dan menyebabkan lesi atau perlukaan, yang jika terus dibiarkan bisa berkembang menjadi kanker. Selain itu, garam juga dapat memperburuk kondisi infeksi akibat bakteri H. pylori, yang juga merusak lapisan dinding lambung.

Ikan asin dan kanker nasofaring

Ikan asin bisa memicu timbulnya kanker nasofaring karena komponen N-nitroso yang terbentuk saat proses produksi ikan asin. Hubungan antara ikan asin dan kejadian kanker nasofaring, juga telah diteliti menggunakan hewan uji. Hasilnya, ikan asin terbukti dapat memicu terbentuknya kanker di tubuh hewan tersebut.

Jenis ikan asin yang dijadikan sebagai bahan penelitian untuk melihat hubungannya dengan risiko kanker nasofaring adalah ikan asin dari Cina Selatan, yang diolah dengan dua cara, yaitu melalui fermentasi dan penggaraman. 

Sama halnya dengan risiko kanker lambung, risiko kanker nasofaring pada konsumsi ikan asin juga tergantung pada frekuensi dan lamanya Anda mengkonsumsinya. Jika Anda tidak sering-sering makan ikan asin dan jumlahnya tidak banyak, maka risiko kanker tentu tidak akan besar. Dengan membatasi konsumsi ikan asin adalah kunci menghindari risiko kanker, bagi Anda yang menggemari makanan ini.

 
Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."