Panduan Orang Tua dalam Menyiapkan Dana Darurat untuk Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi perencanaan keuangan. Mommysdiary.com

Ilustrasi perencanaan keuangan. Mommysdiary.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Setiap orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk kebutuhan buah hati mereka. Mulai dari kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, dan mewujudkan cita-cita anak-anaknya. Selain memenuhi kebutuhan dasar, orang tua perlu menyiapkan dana darurat.

Dana darurat digunakan untuk mengantisipasi kejadian tak terduga di dalam rumah ataupun kehidupan berumah tangga. Idealnya, jumlah dana darurat yang harus disiapkan orang tua mengikuti jumlah anak. Pertimbangannya adalah kondisi psikologis dan kemampuan adaptasi anak-anak.

“Bagi orang tua, dana darurat itu bukan cuma soal anak sakit. Sebab beberapa di antara kita sudah membayar asuransi kesehatan untuk seluruh anggota keluarga, termasuk anak. Dana darurat saat anak sakit itu bisa jadi untuk biaya transportasi bolak-balik rumah ke rumah sakit, biaya yang merawat anak hingga biaya makan selama di rumah sakit. Itu baru contoh sederhana,” ucap Prita Hapsari Ghozie perencana keuangan independen saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Prita, biaya pemulangan pengasuh anak atau asisten rumah tangga bermasalah, atap rumah bocor, ac rusak, ataupun pagar yang bermasalah termasuk dalam pos dana darurat. Anggaran untuk pembelian kado untuk teman anak-anak yang silih berganti merayakan ulang tahun juga masuk kategori dana darurat. Lalu, berapa nominal ideal yang harus disiapkan orang tua?

“Khusus para orang tua, jumlah dana darurat yang harus disiapkan tergantung jumlah anak. Kalau sudah punya satu anak, jumlah dan daruratnya 9 kali dari pengeluaran rutin bulanan. Bila punya dua anak, dana daruratnya 12 kali dari pengeluaran rutin bulanan,” ucap Prita.

Ia melanjutkan pemaparan, “Bagi teman-teman yang bekerja sebagai freelancer, bukan kerja kantoran, minimal dana daruratnya 12 kali pengeluaran rutin bulanan untuk satu anak.”

Pertimbangan jumlah di atas adalah psikologis dan kemampuan adaptasi anak kepada perubahan. “Misalnya anak sudah sekolah, kalau tiba-tiba orang tua-nya tidak mendapatkan penghasilan karena pemutusan hubungan kerja atau PHK, resign hingga bisnisnya bermasalah. Itu tidak bisa loh, anak tiba-tiba pindah sekolah demi penghematan anggaran. Anak-anak perlu penyesuaian lebih lama dibandingkan orang dewasa. Orang tua mungkin mudah beradaptasi, tapi anak-anak tidak demikan,” pungkas Prita.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."