No Bra Day, Adakah Kaitan Pakai Bra dengan Kesehatan Payudara?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mila Novita

google-image
Ilustrasi bra. (Purewow/Twenty)

Ilustrasi bra. (Purewow/Twenty)

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaNo bra day atau hari tanpa bra diperingati setiap 13 Oktober. Kampanye ini bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kanker payudara.

Adakah kaitan antara tidak mengenakan bra dengan kesehatan payudara? Kenyataannya, tidak ada perbedaan atau pengaruh apapun pada kesehatan dengan memakai atau tidak memakai bra. "Kami tidak memiliki bukti yang mengatakan bahwa tidak memakai bra akan berdampak buruk kepadamu," ujar Patricia Geraghty, seorang praktisi perawat khusus kesehatan wanita di California seperti dikutip dari Healthline.

Salah satu dari sedikit riset yang bisa memberikan kesimpulan tentang manfaat tidak pakai bra ada pada sebuah studi yang dilakukan di 2013. Saat itu, seorang professor di Prancis, Jean-Denis Rouillon melakukan riset selama 15 tahun tentang dampak pemakaian bra pada kesehatan dalam kurun waktu tersebut. Jean-Denis Rouillon menyimpulkan bra tidak memberi manfaat bagi wanita dan sebenarnya bisa membahayakan payudara jika dipakai terus menerus sepanjang hari.

Penelitian Rouillon yang melibatkan 300 wanita berusia 18 sampai 35 menunjukkan wanita yang tidak memakai bra mampu mengembangkan lebih banyak jaringan otot. Selain itu, pemakaian bra bisa menghambat pertumbuhan bahkan justru membuat payudara menjadi kendur.

Sebaliknya, juga tidak ada penelitian yang mendetail tentang kaitan bra dengan kesehatan payudara. American Cancer Society menyatakan tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan mengenakan bra dapat meningkatkan atau menurunkan risiko kanker payudara.

Pada 1999, ada sebuah studi di Australia tentang nyeri payudara dan gerakan payudara yang melibatkan wanita yang memakai bra fashion, bra olahraga, crop top, dan tidak memakai bra. Namun, penelitian itu lebih menyoroti masalah kenyamanan dibandingkan efek kesehatan lainnya.

Terkait dengan penelitian, Patricia Geraghty mengatakan kesulitannya adalah melakukan penelitian jangka panjang mengenai topik tersebut. Periset harus mengikuti wanita selama beberapa dekade, baik kepadamereka yang memakai bra dan yang tidak. Bahkan mewawancarai wanita yang lebih tua tentang riwayat pribadinya untuk mempertimbangkan kondisi risiko potensial lainnya.

Jika menilik jauh ke belakang, pada tahun 1960-an beberapa peneliti menciptakan istilah "Cooper's droop" yang merujuk pada kondisi payudara yang kendur pada wanita yang tidak memakai bra dalam jangka waktu lama. Nama itu berasal dari ligamen Cooper yang membantu menahan payudara. Hanya saja, penelitian itu dilakukan bersamaan dengan kampanye sekelompok perempuan yang menolak mengenakan bra dan dianggap tidak lazim pada masa itu, Akhirnya, teori Cooper's Droop pun terbantahkan karena dianggap bermuatan politik.

Menurut Geraghty, payudara kendur tidak berbanding lurus dengan usia seseorang, memakai bra atau tidak, bahkan apakah wanita itu menyusui atau tidak. Dari pengalaman, Geraghty mengatakan kendur tidaknya payudara seorang perempuan terkait dengan seberapa sering dia hamil dan jarak antar-kelahiran.

Saat ini, Geraghty melanjutkan, memakai atau tidak memakai lebih menunjukkan pernyataan fashion daripada masalah kesehatan. Menurutnya, ketimbang meributkan pakai bra atau tidak, pakaian ketat yang menjadi tren di era 1800-an mungkin lebih berbahaya bagi kesehatan. "Karena fashion lebih berdasarkan seni, bukan basis kesehatan," katanya.

YUNIA PRATIWI


Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."