Kisah Didiet Maulana Merancang Kebaya dan Gaun Robot Sophia

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Didiet Maulana merancang kebaya kutubaru dan kain robot Sophia dalam acara 2019 CSIS Global Dialogue di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat,  pada 16-17 September 2019. (Instagram@didietmaulana/Andru Panggabean)

Didiet Maulana merancang kebaya kutubaru dan kain robot Sophia dalam acara 2019 CSIS Global Dialogue di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada 16-17 September 2019. (Instagram@didietmaulana/Andru Panggabean)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perancang busana sekaligus direktur kreatif Ikat Indonesia, Didiet Maulana teguh berkomitmen dalam membawa akar budaya Indonesia dalam setiap karyanya di berbagai kesempatan. Baru-baru ini, Didiet diberi amanah untuk merancang busana robot Sophia selama dua hari tampil di Indonesia dalam acara 2019 CSIS Global Dialogue. Sophia merupakan robot humanoid kecerdasan buatan atau artificial Intelligence pertama di dunia yang diciptakan oleh Hans Robotics asal Hong Kong.

Kedatangan robot Sophia ke Jakarta merupakan kali pertama dan perdana pula bagi Didiet Maulana mendandani tampilan robot perempuan. “Waktu itu sekitar sebulan setengah atau dua bulan lalu ada ajakan untuk mengerjakan busana ini dari tim Universitas Prasetiya Mulya dan tim ibu Mari Elka Pangestu CSIS (Centre for Strategic and International Studies) Indonesia. Kemudian saya berikan beberapa contoh konsep untuk hari pertama mengenakan kebaya dan hari kedua lebih kasual. Dan ternyata di-approve,” ungkap Didiet Maulana saat dihubungi Cantika pada Ahad 22 September 2019.

Didiet Maulana merancang kebaya kutubaru dan kain robot Sophia dalam acara 2019 CSIS Global Dialogue di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada 16-17 September 2019 (Instagram@didietmaulana/Andru Panggabean)

Menurut Didiet, ada sejumlah inspirasi saat merancang tampilan robot Sophia. Tapi yang pasti, di setiap rancangannya ada gambaran tradisi dan budaya Tanah Air. “Saya ingin menggambarkan keberagaman Indonesia lewat berbagai macam kain yang ada. Kemudian dipakai oleh Sophia sebagai robot ikon internasional untuk memperkenalkan tradisi dan budaya Indonesia,” katanya.

Lebih lanjut ia mengisahkan, “Kebaya yang dipakai Sophia jenis kutubaru lengan pendek. Saya pilih lengan pendek karena ingin menonjolkan sisi robotnya lewat tangannya dan memberikan ruang gerak agar ia lebih leluasa bergerak. Untuk kainnya dari Timor Tengah Selatan dan juga diberi kain angkin, kain yang melilit di pinggang, berasal dari kain Sumba.”

Didiet Maulana merancang gaun robot Sophia dalam acara 2019 CSIS Global Dialogue di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada 16-17 September 2019. (Instagram@didietmaulana/Andru Panggabean)

Di hari kedua, robot Sophia didandani dengan tampilan lebih kasual, menurut Didiet. Ia merancang gaun panjang dari tenun Bali dan garis-garis luriknya dari Yogyakarta. Gaun ini tetap dengan desain lengan pendek dan memiliki potongan garis leher yang kotak atau square neck.

Saat disinggung soal tantangan dalam merancang busana untuk robot, Didiet menuturkan challenge-nya lebih ke soal waktu. “Challenge lebih ke waktu fitting karena tidak bisa terlalu lama. Disediakan waktu beberapa menit, satu hari sebelum robot Sophia tampil. Alhamdulilah lancar semua,” tandasnya.

Didiet Maulana merancang kebaya kutubaru dan kain robot Sophia dalam acara 2019 CSIS Global Dialogue di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada 16-17 September 2019. (Instagram@didietmaulana/Andru Panggabean)

Selain diberi kepercayaan untuk merancang busana robot Sophia, Didiet Maulana pun membagikan pandangannya tentang industri mode di acara tersebut seperti yang ditulis dalam keterangan foto di Instagram pribadinya. Ia mengungkapkan industri mode telah banyak beradaptasi dan  berkembang seiring perkembangan teknologi mulai dari penggunaan kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, analisis data hingga berbagai platform digital yang ada.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."