Dokter Ingatkan Bahaya Bawa Tas di Pergelangan Tangan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi wanita memakai tas. Unsplash.com/Tamara Bellis

Ilustrasi wanita memakai tas. Unsplash.com/Tamara Bellis

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Membawa tas dengan cara yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari bisa membuat kondisi tubuh optimal dan mengurangi risiko nyeri. Wanita yang terbiasa membawa tas dengan cara menyangkutkannya di pergelangan tangan harus lebih waspada, terlebih bila isi tasnya berbobot sampai berkilo-kilogram.

Menurut dokter jantung dan pembuluh darah Vito Damay, cara membawa tas seperti itu, apalagi bila massanya berat, bisa mengakibatkan rasa kebas pada tangan atau jari. Kondisi tersebut kerap terjadi pada ibu-ibu yang juga sibuk menggendong anak sehingga tangan serta pundaknya mengalami tekanan dalam waktu lama.

"Pergelangan tangan kalau tertekan oleh benda berat dalam waktu lama akan membuat saraf meradang," kata Vito.

Baca juga:

Kylie Jenner: Jika Rumahku Kebakaran, Tas Ini yang Kuselamatkan
Inspirasi Fashion: Tampil Trendi dengan Tas Mini dari Selebriti

Dia menyarankan untuk mengurangi barang bawaan bila memang memutuskan untuk memakai tas yang modelnya harus dicangklongkan di pergelangan tangan atau sebelah bahu.

"Bagian pundak tersambung otot ke kepala, kalau kepala dan leher tegang bisa jadi karena salah bawa tas," kata dia.

Ransel adalah salah satu solusi bila membawa barang-barang berat, tapi dia mengingatkan untuk memakainya secara benar. Kedua talinya harus disangkutkan ke bahu, tidak boleh cuma sebelah. Postur tubuh juga menentukan jumlah beban yang bisa dibawa. Pemilik tubuh bongsor cenderung bisa membawa barang yang lebih berat dibanding pemilik tubuh mungil.

"Cara menentukannya, saat pakai tas pastikan tubuh imbang. Kalau tubuh sampai membungkuk atau punggung tertarik ke belakang berarti terlalu berat," katanya.

 
Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."