Pidato Pengunduran Diri Theresa May dan Dampak pada Perempuan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Perdana Menteri Inggris Theresa May bereaksi ketika dia menyampaikan pernyataan pengunduran diri di London, Inggris, 24 Mei 2019. [REUTERS / Toby Melville]

Perdana Menteri Inggris Theresa May bereaksi ketika dia menyampaikan pernyataan pengunduran diri di London, Inggris, 24 Mei 2019. [REUTERS / Toby Melville]

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengundurkan diri, Jumat, 24 Mei 2019. Saat melakukan pidato pengunduran diri, Theresa May menunjukkan emosi sedih dengan mata berkaca-kaca dan suara parau. Dia melakukan lebih banyak hal untuk perempuan saat menunjukkan emosinya di pidato pengunduran diri dibanding seluruh karier politiknya.

Dilansir dari Independent, mendengar suara Theresa May ketika mengatakan posisi sebagai Perdana Menteri Inggris telah menjadi kehormatan hidupnya tentu akan membuat perempuan merasakan kesedihan. Bukan karena merasa sedih untuk Theresa May tapi karena seorang pemimpin perempuan harus mundur dari posisi pemimpin negara. Selain itu, kekacauan dari cara kerja Theresa May juga akan digunakan untuk melawan perempuan lain dalam politik di masa depan.

Baca juga:
Theresa May, Cara Mengkritik Pemimpin Perempuan Tanpa Melecehkan

Theresa May selalu menekankan pernyataan dia adalah Perdana Menteri Inggris perempuan yang kedua. Pada saat melakukan pidato tersebut, Theresa May menunjukkan dia hanya manusia biasa.

Seringkali perempuan di posisi sebagai pemimpin tidak ingin menunjukkan emosinya karena akan menerima kritik dan serangan. Di pidato ini, emosi yang ditunjukkan Theresa May bisa menjadi suatu hal yang bisa dirasakan oleh perempuan-perempuan lain. Mereka sudah menahan emosi cukup lama sampai akhirnya emosi tersebut tidak bisa ditahan lagi.

Dengan melakukan hal ini, Theresa May akhirnya menunjukkan hal-hal yang dihadapi wanita sebagai seorang pemimpin. Dia mendapat kritik karena gaya pakaiannya dan juga harga bajunya.

Theresa May juga selalu dibandingkan dengan pemimpin perempuan lain selama masa jabatannya. Inilah hal-hal yang dihadapi perempuan saat menjadi pemimpin. Pidato ini menunjukkan kalau masih banyak hal yang perlu dilakukan perempuan untuk mendapatkan perlakuan yang sama dengan laki-laki, saat menjadi pemimpin negara.

Artikel lain:
Sambil Terisak, PM Inggris Theresa May Umumkan Pengunduran Diri

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."