Takut Pap Smear karena Menyakitkan, Ada Tipsnya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi pap smear. Shutterstock

Ilustrasi pap smear. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Salah satu cara deteksi dini kanker serviks adalah dengan pemeriksaan pap smear. Sebab itu, perempuan yang sudah menikah dan aktif melakukan hubungan seksual perlu menjalani pemeriksaan tersebut. 

Baca juga: 4 Cara Deteksi Dini Kanker Serviks

Namun, masih ada yang enggan melakukan pap smear, karena khawatir rasanya akan menyakitkan. Perwakilan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) DKI Jakarta, Venita menjelaskan tahapan pemeriksaan pap smear. "Dibaringkan diranjang terus kakinya diangkat, dibuka pakai spekulum, lalu diambil sedikit selnya pakai brush yang tipis. Jadi enggak sakit," ujar dr. Venita di Jakarta, Rabu, 13 Maret 2019.

Dr. Venita (Perwakilan Yayasan Kanker Indonesia DKI Jakarta), Diera Bachir (Fotografer), Prilly Latuconsina dan Syifa Hadju (Duta Cegah Kanker Serviks) dan Chacha Frederica (Seleb) di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat 8 Maret 2019 (Tempo/Astari P Sarosa)

Menurut Venita, rasa sakit biasanya muncul bila perempuan yang di-pap smear merasa tegang. Jika bisa rileks, maka rasa sakit tak akan muncul. "Kadang orang bilang sakitnya pas dibuka. Tetapi kalau orangnya rileks enggak sakit. Karena kalau tegang itu makin bisa sakit, kan otot. Makin rileks makin enggak sakit. Itu cuma sebentar kok. Hitungan detik kok kami mengambil sampelnya," ujarnya.

Selain tak menyakitkan, pap smear juga tidak menyebabkan bekas luka apapun. Setelah melakukan prosedur ini, para wanita bisa melakukan berbagai kegiatan sesuai kesehariannya. Pap smear atau pemeriksaan apusan lendir rahim merupakan bentuk pencegahan sekunder atau deteksi dini kanker serviks selain tes IVA. Sementara pencegahan primernya adalah vaksinasi HPV.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."