Sensasi Makanan Maroko yang Menggoda Lidah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Couscous

Couscous

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pada saat ditawarkan makanan Maroko, apa yang ada di benak Anda? Banyak yang berpikir kalau makanan Maroko mirip dengan makanan Turki atau Timur Tengah. Padahal, makanan Maroko memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dari makanan Timur Tengah.

Melihat banyak orang Indonesia yang masih belum tahu mengenai makanan Maroko, Maria Rotinsulu El Mourabiti menyajikan makanan Maroko yang autentik di restoran terbarunya, Marrakech Cuisine, di daerah Jakarta Selatan. Restoran ini menawarkan makanan-makanan yang memiliki cita rasa autentik, diambil dari resep keluarga suami Maria Rotinsulu El Mourabiti, yang berasal dari Maroko.

Baca juga:
2 Hal yang Perlu Diperhatikan saat Membuat Makanan Sehat

Maria sendiri belajar memasak selama 2 tahun di Maroko untuk bisa mendapatkan cita rasa yang autentik. Di restoran ini, makanan disajikan menggunakan tajine.

“Itu tempat dari tanah liat, mereka masak di situ sampai dua jam, menciptakan rasa makanan yang direbus sampai habis, sampai meresap semua bumbunya,” tutur Maria.

Dia mengatakan kalau makanan Maroko semuanya memang dibuat sangat matang, jadi hasil makanan memiliki tekstur yang lembut dengan bumbu yang sudah meresap.

Makanan khas Maroko di Marrakech Cuisine, Jakarta Selatan, Jumat 15 Februari 2019 (Tempo/Astari Pinasthika Sarosa)

Maria juga menjelaskan kalau salah satu hal yang membuat makanan Maroko terasa autentik adalah minyak zaitun.

“Beda dengan di Timur Tengah yang kencang dengan bumbu kepulaga dan jintan yang kuat. Orang Indonesia saya pelajari tidak suka jintan yang terlalu tajam karena kita di sini dinetralisir dengan minyak zaitun,” lanjut Maria.

Bahkan dia juga mengatakan kalau kunci dari kelezatan makanan Maroko adalah penggunaan minyak zaitun khas dari Maroko. Di restoran Marrakech Cuisine, total menu ada 50 hidangan dari Maroko dan beberapa dari Spanyol dan Prancis.

Hidangan yang menjadi ciri khas restoran ini adalah Lamb Shank, Couscous, dan Beef Tagine Raisin. Maria menjelaskan kalau banyak orang Indonesia yang akan tertarik dengan Lamb Shank karena memiliki cita rasa yang mirip dengan rendang atau opor, namun saat dimakan juga ada rasa buah yang manis. Maria mengatakan kalau hal tersebut membuat sensasi yang berbeda.

Lamb Shank, Makanan khas Maroko di Marrakech Cuisine, Jakarta Selatan, Jumat 15 Februari 2019 (Tempo/Astari Pinasthika Sarosa)

Sedangkan Couscous yang disajikan di restoran ini adalah resep keluarga dan memiliki tradisi khusus di Maroko.

“Biasanya disajikan setiap Jumat, saat kaum laki-laki baru selesai salat Jumat, mereka akan makan Couscous,” jelas Maria.

Selain makanannya yang autentik, Maria juga menyajikan kopi dan teh khas Maroko. Dia mengatakan kalau kopi Maroko memiliki cara penyajian yang berbeda dari kopi lain.

Kopi Maroko memisahkan kopi dan susu saat disajikan, dan seringkali ada busa di atasnya. Sedangkan teh Maroko memiliki rasa yang khas karena menggunakan pepermin, yang membuat tenggorokan terasa hangat.

Maria juga mendesain restoran ini agar autentik dengan restoran yang dia sering lihat di Maroko. Dia mengakui kalau banyak tamunya yang sudah hadir ke restoran merasa kalau desain restoran masih kurang ramai.

“Orang Indonesia melihatnya restoran Maroko seharusnya seperti restoran Arab dan Turki yang ramai dengan lampu-lampu. Padahal kalau di Maroko itu enggak seperti itu, dia sederhana dan enggak terlalu banyak lampu-lampu,” tuturnya.

Baca juga:
Zodiak Juga Mempengaruhi Diet, Cek Makanan yang Pas

Namun ada satu desain yang menjadi ciri khas Maroko. Di pintu masuk restoran, pengunjung akan melihat Khamisa yang besar, yaitu bentuk tangan dengan mata di telapak tangannya. Gambar tersebut menjadi simbol untuk melihat yang jelek dan menjauhkan restoran tersebut dari hal-hal yang jelek.

Hidangan pembuka dijual dengan harga Rp 50 ribu ke atas dan hidangan utama dijual dari harga Rp 80 ribu sampai Rp 200 ribu. Setiap Kamis mereka menawarkan acara musik langsung dan juga sesekali mengadakan tarian perut.

“Target market kita adalah orang-orang yang pecinta kuliner. Sekarang ada banyak banget dan mencari sekali makanan yang unik-unik. Petualangan bukan hanya dari jalan-jalan, tapi juga bisa didapatkan dari makanan,” jelas Maria.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."