Gejala Tersamar Bikin Orang Tak Sadar Diabetes, Ini Saran Pakar

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Hubungan Alkohol dan Diabetes

Hubungan Alkohol dan Diabetes

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Cut Putri Ariane, mengungkapkan bahwa banyak masyarakat yang beranggapan diabetes bukan masalah besar sehingga sering dianggap sepele. Padahal, jika terus dibiarkan tanpa pemeriksaan diabetes bisa menyebabkan komplikasi serius, bahkan bisa menyebabkan kematian lebih cepat dari seharusnya.

Seorang penderita diabetes memiliki risiko dua kali lebih besar terkena serangan jantung. “Diabetes juga menjadi penyebab utama kebutaan, gagal ginjal, amputasi tungkai bawah,” kata Cut Putri.

Baca juga:
Memahami Perbedaan Diabetes Tipe 1 dan 2, Gejala, dan Penyebabnya
Cegah Diabetes dengan Rajin Mengontrol Gula Darah di Rumah 

Menurut Putri, 80 persen kejadian diabetes sebetulnya dapat dihindari dengan mengubah gaya hidup sehat, mengatur pola makan, dan melakukan olah raga rutin, terutama jika menemukan gejala seperti sering buang air kecil, mudah lapar dan makan lebih banyak dari biasanya, terjadi penurunan berat badan meskipun nafsu makan meningkat.

Selain itu, seseorang yang menderita diabetes biasanya akan lebih mudah haus dan cenderung minum berlebih sebagai kompensasi tubuh terhadap cairan yang hilang melalui urine. Selain itu, luka akan sulit sembuh karena tingkat gula darah yang tinggi menyebabkan tubuh sulit melawan infeksi, serta sering mati rasa atau kesemutan pada tangan dan kaki.

“Tanda-tanda ini harus diwaspadai dan jangan dianggap ringan. Lakukan pemeriksaan gula darah karena dua per tiga orang tidak sadar kalau dirinya menderita diabetes dan biasanya baru mengakses layanan kesehatan setelah terjadi komplikasi,” paparnya.

Ketidaksadaran ini pun juga muncul di kalangan remaja dan dewasa muda karena adanya anggapan bahwa diabetes merupakan penyakit yang dialami oleh orang yang berusia di atas 50 tahun. Padahal, ini merupakan anggapan yang keliru karena dalam beberapa tahun terakhir kejadian diabetes tipe 2 telah meningkat secara signifikan pada remaja, dewasa muda, bahkan anak-anak.

Penyebabnya bukan hanya karena faktor keturunan atau riwayat keluarga saja tetapi juga pola makan yang tidak sehat, diet yang salah, kegemukan atau obesitas, serta kurangnya aktivitas fisik.

Artikel lain:
Penderita Diabetes, Bisa Makan Nasi dengan Tepung Kelapa 

“Namun, diabetes tipe 2 bukan hanya berisiko dialami oleh seseorang yang obesitas saja. Seseorang yang tidak kelebihan berat badan pun jika gaya hidupnya tidak sehat bisa berisiko terkena penyakit diabetes tipe 2,” tambah Putri.

Pengecekan gula darah harus dilakukan secara rutin bukan hanya oleh penderita tetapi juga masyarakat pada umumnya, terutama yang memiliki risiko tinggi yaitu penderita obesitas.

Alasannya, gejalanya mungkin sangat ringan sehingga sering terabaikan selama bertahun-tahun dan tidak pernah diobati. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya komplikasi, apalagi diperparah dengan pola hidup dan pola makan yang tidak sehat.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."