Alasan Jangan Beri Pendidikan Seks ke Anak Melalui Video Porno

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi melihat pornografi. Shutterstock

Ilustrasi melihat pornografi. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pendidikan seks perlu diberikan kepada anak-anak sejak dini supaya mereka tidak mendapat informasi yang keliru. Dalam hal ini, ada banyak cara untuk mendaatkan pengetahuan soal seks. Namun, psikolog menegaskan jangan menggunakan video porno sebagai piihan.

Psikolog Inez Kristanti melarang penggunaan video porno sebagai untuk mendapatkan pengetahuan seks. Menurut dia, video porno justru berpotensi membuat orang salah dalam mendapatkan informasi. Sebab, banyak hal yang tidak realistis dalam tayangan untuk orang dewasa itu.

"Misalnya cara, ukuran, bentuk tubuh, sampai durasinya, itu tidak realistis semua. Jadi anak-anak bisa mempelajari sesuatu yang salah," kata Inez, Selasa 4 September 2018. Menonton video porno, dia melanjutkan, membuat orang memiliki ekspetasi yang keliru tentang hubungan intim.

Jika suatu hubungan berangkat dari pemahaman hubungan seksual yang salah dan ekspetasi tinggi, itulah yang berpotensi menjadi masalah dalam hubungan nyata dengan seseorang. "Ketika tidak menemukan orang yang bisa begitu samanya dengan yang ada di video porno. Kondisi itu akan mempengaruhi relasi dalam hubungan nyata," kata Inez.

Menyaksikan video porno, Inez menambahkan, juga berdampak pada otak. Seseorang yang sering menonton video porno memiliki kecenderungan menjadi kecanduan untuk terus menonton video dewasa tersebut. Bahkan kecanduan ini bisa menggangu aktivitas sehari-harinya. Misalnya, dia tidak bisa mengerjakan tugas dengan serius jika belum menonton video porno.

Baca juga:
Cara Jessica Biel Ajarkan Pendidikan Seks pada Putranya
Tiru Cara Novita Angie Beri Pendidikan Seks kepada Anak

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."