Anak Ikut Lomba, Bunda Jangan Tanya Menang atau Kalah ya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Sejumlah anak saling mendahului saat lomba lari karung goni di Desa Ateuk Jawo, Banda Aceh, Jumat, 17 Agustus 2018. Lomba lari karung goni dan aneka perlombaan rakyat lain digelar warga dalam rangka merayakan HUT ke-73 RI. ANTARA FOTO/Ampelsa

Sejumlah anak saling mendahului saat lomba lari karung goni di Desa Ateuk Jawo, Banda Aceh, Jumat, 17 Agustus 2018. Lomba lari karung goni dan aneka perlombaan rakyat lain digelar warga dalam rangka merayakan HUT ke-73 RI. ANTARA FOTO/Ampelsa

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Orang tua tentu ikut bersemangat ketika mengetahui anak ikut lomba. Apapun bentuk pertandingan yang akan dihadapi anak, ini adalah salah satu sarana pembelajaran bagi buah hati untuk mengasah kemampuan dan memumpuk jika sportivitas.

Baca juga:
Seleksi Calon Pengasuh Anak, Lakukan 7 Langkah Berikut

Ketika anak mengikuti perlombaan, pastinya orang tua berharap mereka menjadi pemenang. Bahagia dan bangga jika anak mengukir prestasi dan diakui banyak orang. Hanya saja, mungkin ada orang tua yang terlalu bersemangat sehingga hanya memikirkan kemenangan.

Seusai berlomba, ayah atau ibu langsung bertanya, "kamu menang atau kalah?". Psikolog klinis Eileen Kennedy-Moore, mengingatkan agar orang tua tidak menanyakan hal ini kepada anak. Sebab dalam pertandingan, yang paling penting adalah bagaimana anak berkompetisi dengan dirinya sendiri dan belajar toleransi terhadap kemenangan dan kekalahan.

Tiga pria menyemangati anaknya yang tengah bersaing dalam lomba merangkak Diaper Derby di Manhattan, New York, Jumat, 29 Juni 2018. REUTERS/Shannon Stapleton

"Pertanyaan, 'Bagaimana lombanya? Kamu menang atau kalah?' secara tidak langsung menanamkan kepada anak kalau tujuan bertanding semata untuk meraih kemenangan," kata Eileen Kennedy-Moore seperti dikutip dari laman Psychology Today. Pertanyaan seperti itu juga akan membuat anak berpikir, orang yang kalah adalah pecundang. Dan anak takut menerima kekalahan karena tak mau diejek dan menjadi pecundang. Jadi, hindari pertanyaan itu dan ganti dengan, "bagaimana pertandingan tadi? Seru atau tidak?".

Eileen Kennedy-Moore yang juga penulis artikel 'Learning to Be a Good Sport, Helping Children Cope with Winning and Losing' mengatakan bantu anak untuk mengendalikan diri ketika menghadapi situasi yang tidak diharapkan, lawan yang terlalu tangguh, dan kekalahan sebagai ujungnya. Lalu jelaskan kepada anak tentang nilai-nilai sportivitas. "Kadang anak memecahkan rekor, kadang tidak. Yang terpenting adalah dia terus berusaha," ucap dia.

AURA

Artikel lainnya:
5 Sinyal Anak Kelebihan Asupan Garam
Bedong Bayi Berisiko untuk Kesehatan, Simak Penjelasan Dokter

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."