Pengemudi Perempuan Bus Transjakarta : Kerja, Makeup, sampai PMS

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Pengemudi bus Transjakarta melakukan uji coba rute busway yang menghubungkan Koridor 13 Tendean-Ciledug di Jakarta, 9 Juli 2017. Pengunduran ini karena izin sertifikat Layak Fungsi dari Kementrian PUPR belum terbit. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

Pengemudi bus Transjakarta melakukan uji coba rute busway yang menghubungkan Koridor 13 Tendean-Ciledug di Jakarta, 9 Juli 2017. Pengunduran ini karena izin sertifikat Layak Fungsi dari Kementrian PUPR belum terbit. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sopir bus identik dengan pekerjaan laki-laki. Butuh keberanian dan tenaga yang cukup kuat untuk mengendalikan bus berkekuatan sekitar 250 tenaga kuda. Namun sejumlah perempuan yang memilih bekerja sebagai pengemudi bus Transjakarta membuktikan mereka juga bisa melakukan itu. Maryani salah satunya.

Baca juga:
Hari Kartini, Ini Kapten Pilot Perempuan Pertama Garuda Indonesia
Hari Kartini, Perempuan Pengemudi Bus Transjakarta Sampai Pesawat

Perempuan 40 tahun ini sudah 1,5 tahun menjadi pengemudi bus Transjakarta. "Ini tantangan yang membuat saya terpanggil ingin menjadi pramudi di Transjakarta," kata Maryani yang bertugas mengemudikan bus Transjakarta menyusuri Koridor I (Blok M- Kota) saat ditemui di kantor PT Transjakarta, Cawang, Jakarta Timur.

Dulu, Maryani bekerja sebagai administrasi di perusahaan garmen. Jenis pekerjaan yang terbilang aman untuk perempuan karena sebagian besar waktu dihabiskan dengan duduk di dalam ruangan dan berhadapan dengan alat tulis. "Awalnya saya deg-degan karena ini pertama kali saya terjun ke bidang transportasi dan mengemudikan bus besar," ucap dia. "Mengemudi kendaraan besar itu sangat berbeda dengan mobil pribadi."

Pengemudi perempuan bus Transjakarta, Maryani. TEMPO | Yatti Febri Ningsih

Maryani dituntut mengemudi dengan baik dan memperhatikan keadaan sekitar, seperti penyebrang jalan, jalanan berlubang, serta kemacetan di jalur yang dia lalui karena sedang dalam tahap pembangunan Mass Rappid Transit (MRT) Jakarta. "Kami tidak bisa seenaknya seenaknya tancap gas karena membawa penumpang. Kami harus memperhatikan kenyamanan penumpang sehingga mereka sampai ke tempat tujuan dengan aman dan nyaman," kata dia.

Kendati masuk ke ranah pekerjaan yang didominasi laki-laki, ibu tiga anak ini tak pernah melupakan tugasnya mengurus keluarga dan kecantikan. Setiap hari, Maryani berangkat sekitar pukul 01.30 dari rumahnya di Pasar Rebo, Jakarta Timur ke kantor Transjakarta di Cawang, Jakarta timur, untuk apel. Sebelum berangkat kerja, Maryani membuatkan sarapan untuk suaminya.

Setelah menyelesaikan tugas, Maryani biasanya sampai di rumah pada sore hari. Saat itu, dia kembali berperan sebagai ibu rumah tangga. "Saya melanjutkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Memasak, mencuci pakaian, membereskan rumah, dan lainnya," ucap dia.

Pengemudi perempuan bus Transjakarta, Maryani. TEMPO | Yatti Febri Ningsih

Soal penampilan, Maryani juga menyempatkan diri untuk berdandan. Ketika mengikuti apel setiap pukul 02.00 WIB, dia menerapkan makeup dasar saja, seperti membentuk alis dan membereskan hijab. "Setelah salat subuh, saya baru dandan," katanya. Di dalam tas, Maryani membawa lipstik dan bedak sebagai perlengkapan makeup wajib.

Untuk pilihan busana, Maryani selalu menyesuaikan warna hijab dengan seragam yang dikenakannya. Dia memilih jilbab segi empat berbahan katun yang mudah dibentuk dan nyaman dipakai. Maryani juga tak terbiasa memakai aksesoris karena khawatir mengganggu saat bekerja. Satu lagi item fashion yang tak pernah ketinggalan adalah jaket guna menghalau udara dingin dari penyejuk udara di belakang kemudi.

Ketika ditanya tentang kondisi Premenstrual Syndrome atau PMS yang kerap bikin uring-uringan, Maryani bersyukur siklus bulanannya tak terlalu mengganggu pekerjaan. "Saya Insya Allah tidak merasakan sakit yang teramat sangat seperti itu, jadi tidak menggangu pekerjaan," kata dia.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."