Sedih Setelah Perceraian, Berikut 3 Langkah untuk Lanjutkan Hidup

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi perceraian. Shutterstock

Ilustrasi perceraian. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sebuah perceraian menjadi perubahan pukulan psikologis dan emosional yang besar bagi siapa saja. Betapapun sulitnya pernikahan Anda, terlepas dari apakah Anda yang memulai proses perceraian, sangat normal Anda merasa hancur.

Orang yang diharapkan menjadi pasangan seumur hidup Anda telah pergi, dan kepercayaan Anda hancur berantakan. Anda mungkin merasa terisolasi dan sendirian, dan tidak yakin ke mana harus berpaling. Jika Anda memiliki anak, Anda mungkin khawatir dengan reaksi mereka. Anda mungkin juga khawatir dengan masalah praktis seperti keuangan dan kebutuhan lainnya.

Baca juga: Perempuan Lebih Banyak Gugat Cerai daripada Pria

Tak perlu larut dalam kesedihan dan kehancuran. Mengutip laman The Anatomy of Love, lakukan tiga langkah berikut ini supaya Anda dapat melanjutkan hidup.

1. Tidak ada kontak dengan mantan pasangan
Hal ini menandakan Anda dan pasangan sudah tidak lagi saling memiliki. Selain itu, memungkinkan Anda untuk berfokus pada kebutuhan dan proses kesedihan Anda sendiri tanpa tertarik pada argumen, kecemburuan, atau percakapan yang berantakan.

Hapus mantan Anda dari media sosial Anda atau blok nomor teleponnya. Jika Anda memiliki anak bersama, tanpa kontak penuh mungkin tidak membantu atau bahkan mungkin. Dalam hal ini, pertahankan percakapan Anda sampai seminimal mungkin, dan bicaralah hanya tentang kebutuhan anak-anak..

Beberapa orang tidak pernah berbicara lagi dengan pasangan. Tapi ada juga yang mampu bersahabat kembali. Namun, hal itu seharusnya tidak pernah terjadi sampai kedua pasangan dapat melanjutkan hidup masing-masing. Jika Anda merasa siap untuk memulai kontak, atasi dengan hati-hati. Mantan Anda mungkin belum siap untuk berbicara dengan Anda.

Baca juga: 5 Kebiasaan Pemicu Perceraian yang Sering Diabaikan

2.Mengelola perasaan kehilangan
Tahapan kesedihan kehilangan pasangan mencerminkan mereka yang sedang berduka atas kematian. Mencoba untuk meminimalkan atau menyingkirkannya dari pikiran Anda hanya akan memperpanjang proses dan meningkatkan risiko terjebak dalam tahap awal. Pada awalnya, Anda akan menyangkal, terbebani kejutan dan ketidakpercayaan. Anda tahu bahwa hubungan sudah berakhir, tapi tidak terasa nyata. 

Setelah itu Anda diliputi kemarahan. Ini adalah tahap yang sangat berguna, selama Anda tidak terjebak di dalamnya. Kemarahan membantu Anda memutuskan hubungan dengan mengingatkan Anda akan segala hal yang membuat Anda menderita. Fokuskan kemarahan Anda terhadap situasi. Namun ada saat Anda di tahap perundingan, yang sangat mirip keputusasaan. Anda mulai percaya bahwa Anda dapat berdebat atau mengemis kembali ke dalam hubungan. Anda mungkin mencoba menawar dengan kekuatan Anda yang lebih tinggi, atau meyakinkan keluarga atau teman untuk berbicara dengan mantan Anda.

Baca juga:  2 Dampak Perceraian pada Anak, Bukan Harga Mati

Puncaknya Anda merasakan depresi. Meskipun depresi terasa sangat menyedihkan, ini adalah tanda besar bahwa Anda mulai sembuh. Anda menyadari bahwa pernikahan itu berakhir untuk selamanya. Meski sulit untuk tetap termotivasi, menghormati perasaan Anda sambil memaksa diri untuk terus berjalan akan membantu Anda mengatasi tahap ini. Sampai akhirnya Anda menerima perceraian. Kesedihan yang serius, kesengsaraan, dan bahkan penyesalan sering terjadi, tapi Anda belajar hidup dengan perasaan dan melanjutkan hidup Anda.

3. Cari kesibukan baru
Perceraian mengharuskan Anda untuk benar-benar meninggalkan hal-hal yang pernah Anda anggap remeh, seperti makan malam bersama atau merayakan liburan sebagai keluarga yang utuh. Buat ritual baru untuk meringankan perasaan kehilangan. Habiskan liburan bersama orang tua Anda atau teleponlah sahabat Anda setiap malam. Temukan hal-hal yang diharapkan dalam realitas baru Anda dan, seiring waktu hal ini akan mulai mengganti tradisi lama Anda.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."