Kiat Menghadapi Mompetitor, Ibu yang Berkompetisi Mengasuh Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi ibu/perempuan dan anak-anak. REUTERS/Neil Hall

Ilustrasi ibu/perempuan dan anak-anak. REUTERS/Neil Hall

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Seringkali kita mendengar pertanyaan dari sesama ibu seputar perkembangan anak. Pertanyaan itu bertujuan untuk membandingkan atau membuktikan diri sebagai ibu yang lebih baik. 

Misalnya, "Sudah umur dua tahun, masih pakai diaper? Anakku sejak setahun sudah dilatih tidak pakai diaper,"; atau "Makanya masih disuapi? Kalau anakku sudah pintar makan sendiri karena sejak awal dibiasakan metode baby led weaning."

Kalimat-kalimat ini biasanya dilontarkan oleh para mompetitor, para ibu yang merasa harus berkompetisi menjadi orang tua terbaik. Jika mendengar kalimat itu, tentu membuat ibu-ibu lainnya berpikir, apa iya saya salah mengasuh anak? Apa benar anak saya lebih buruk daripada anak lain?

Padahal kita semua tahu, menjadi orang tua bukanlah kompetisi. Lantas mengapa harus menjadi mompetitor?

Baca juga: Ribut dengan Juwita Bahar, Annisa Bahar : Apa Ibu yang Baik Itu ?


Tidak Perlu Berkompetisi dalam Mengasuh Anak (bagian 1) (dok. the spruce)

Berusaha Meyakinkan Diri

Menjadi orang tua adalah pekerjaan tersulit di dunia. Bayi tidak lahir dilengkapi buku petunjuk pengarahan, sedangkan orang tua menghadapi puluhan bahkan ratusan pilihan yang harus diambil terkait cara asuh anak mereka. Dan setiap pilihan ada konsekuensinya. 

Di sisi lain, kemudahan mengakses informasi melalui internet dan media sosial membuat orang tua semakin sering dijejali informasi. Dari banyaknya informasi tentang metode asuh anak, tidak ada satu pun yang menyebutkan bahwa metode tertentu paling tepat untuk anak Anda. Maka, Anda yang harus memastikan, metode yang dipilih adalah paling sesuai. 

Sayangnya, dalam memastikan telah menerapkan metode asuh yang sesuai, orang tua sering melakukannya dengan cara membandingkan dengan orang tua lain. Demi meyakinkan diri, mereka menghakimi orang tua yang menempuh metode lain. Alhasil, muncullah komentar-komentar seperti di atas. Tidak hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Bahkan orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan Anda, para artis misalnya, ikut dibandingkan.

“Karena tidak ada sistem penghargaan eksternal yang nyata, kita selalu merasa tidak cukup puas, apa pun yang telah dilakukan. Kompetitif dengan ibu lainnya tanpa disadari bisa menjadi cara untuk membuktikan bahwa yang kita lakukan sudah benar,” ujar Mary Beth McClure, terapis keluarga dan pernikahan berlisensi dari California, Amerika Serikat.

Berhadapan dengan orang tua kompetitif tidak menyenangkan. Apalagi jika Anda tidak pandai berargumen. Jika terbawa perasaan, Anda bisa stres, sedih hingga menyalahkan diri sendiri. Nah, ini 4 cara yang bisa ditempuh dalam menghadapi mompetitor. 

Baca juga: Nabila Syakieb Lahiran, 4 Hal yang Perlu Diingat Ibu Baru

Sugesti Diri
Mungkin Anda tidak bisa melawan argumen para mompetitor yang pandai bersilat lidah. Jika ada orang lain membuat Anda tidak nyaman dengan gaya asuh yang Anda terapkan, McClure menyarankan Anda menyugesti diri dengan hal positif.

Mengingatkan
Mompetitor sering kali tidak bermaksud menyakiti, hanya saja tidak menyadari apa yang dikatakan memengaruhi suasana hati orang lain. “Mereka harus diingatkan, apa yang mereka katakan mungkin menyakiti orang lain,” saran McClure. 

Jangan Terpengaruh Media Sosial
Bentengi diri Anda terhadap apa yang Anda lihat di media sosial. “Pikirkan soal sifat alami media sosial. Orang, terutama para mompetitor, tidak akan mengunggah sesuatu yang negatif tentang anak mereka, jadi ingatlah bahwa ada sisi lain di balik kehidupan di media sosial yang tidak Anda lihat. Jika ada mompetitor yang terus membuat Anda merasa tidak nyaman, tidak usah mengikuti atau membuka akun media sosial-nya, semudah itu,” ujar McClure.

Percayalah kepada Anak
Sesungguhnya yang tahu apakah yang Anda lakukan sudah benar, adalah Anda dan anak. Yakinlah pada intuisi Anda dan perkuat dengan pendapat anak, terutama jika anak sudah bisa diajak berkomunikasi. “Mintalah anak berpendapat dan mengutarakan pengalaman mereka, apa saja hal yang menyenangkan dan tidak dalam kehidupan mereka. Dengan cara ini, Anda bisa mengevaluasi hal apa yang bisa terus dilakukan dan apa yang harus diubah dari gaya asuh Anda,” tandas McClure.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."