Sakit Kepala Sebelah Belum Tentu Migrain, Ketahui Bedanya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Headache, Migrain

Headache, Migrain

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Jika kamu merasa sakit kepala sebelah, itu belum tentu migrain. Dokter spesialis saraf Salim Haris mengatakan migrain adalah sakit kepala karena kelainan pembuluh darah di otak, yang sebagian besar disebabkan faktor keturunan. Selain itu, migrain belum tentu sakit yang dirasakan pada salah satu sisi kepala, melainkan bisa jadi ada lebih dari satu bagian di kepala yang sakit.

“Orang mengira sakit kepala sebelah itu migrain, padahal bisa jadi bukan. Atau orang yang sakit kepala dua sisi malah bisa jadi menderita migrain,” kata Salim Haris seperti dikutip dari Majalah Tempo. Adapun sakit kepala menurut terminologi kedokteran dibagi menjadi dua, yakni cluster headache dan primer headache.

Primer headache berarti sakit kepala yang bukan dipicu oleh hal lain. Contoh, sakit kepala karena terbentur atau sakit kepala sebagai imbas dari flu atau demam. Adapun cluster headache baru bisa disebut sebagai sakit kepala sebelah.

Jika memahami sakit kepala sebelah sebagai migrain, Salim Haris khawatir, akan ada orang yang salah mendapat pengobatan. Atau malah orang yang sebenarnya tak menderita sakit kepala sebelah tersebut diobati dengan obat migrain. Migrain tak bisa disepelekan. Selain menghambat aktivitas penderita, migrain menjadi salah satu faktor risiko stroke.

Ilustrasi wanita sakit kepala meningitis. shutterstock.com

Migrain terjadi akibat kelainan lapisan pembuluh darah bagian dalam pada otak. Kelainan ini menyebabkan pembuluh darah tak bisa melebar dengan maksimal seperti pembuluh darah normal. Saluran yang tak mengembang dengan maksimal ini membuat oksigen yang terangkut oleh darah ke otak juga tak maksimal. Padahal otak adalah bagian terpenting dari tubuh yang bertugas mengatur organ-organ lain.

Akibat kekurangan oksigen ini, kemungkinan kematian sel-sel otak pada penderita migrain lebih besar ketimbang pada orang normal. Kebanyakan kematian sel-sel ini tak terlihat dampaknya. Tapi, kalau yang terkena sel sensitif, bisa fatal. “Misalnya sel di bagian yang mengatur gerakan. Kalau mati selnya, orangnya bisa lumpuh,” ujar Salom Haris yang juga Kepala Divisi Neurovaskular dan Neurosonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.

Salim Haris menegaskan kalau migrain adalah penyakit keturunan. Ayah yang menderita migrain akan menurunkan penyakit ini kepada anak perempuannya. Sedangkan ibu yang menderita migrain menurunkan penyakit tersebut kepada semua anaknya. Karena itu, kebanyakan penderita migrain adalah perempuan.

NUR ALFIYAH

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."