Advertisement
Advertisement
Advertisement

Global March to Gaza, Zaskia Adya Mecca hingga Ratna Galih Jalan Sejauh 50 Kilometer

foto-reporter

Reporter

google-image
Zaskia Adya Mecca, Ratna Galih, Indadari, dan Wanda Hamidah bersama warga negara Indonesia lainnya berangkat Global March to Gaza. Foto: Instagram

Zaskia Adya Mecca, Ratna Galih, Indadari, dan Wanda Hamidah bersama warga negara Indonesia lainnya berangkat Global March to Gaza. Foto: Instagram

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Setelah menjelaskan alasan mengapa ia turut andil dalam program Global March to Gaza, Zaskia Adya Mecca dan rombongan sampai di Kairo, Mesir pada Kamis, 12 Juni 2025. Mereka akan melanjutkan perjalanan menuju gerbang Rafah bersama ribuan peserta lain untuk mewakili suara rakyat Indonesia. 

Apa itu Global March to Gaza?

Dilansir dari unggahan Kitabisa, Global March to Gaza adalah aksi jalan kaki internasional sejauh kurang lebih 50 KM dari Kairo menuju Gerbang Rafah, yang diikuti oleh ribuan peserta lebih dari 50 negara. Rombongan dari Indonesia yang turut dalam program ini antara lain: Zaskia Adya Mecca, Hamidah Rachmayanti, Ratna Galih, Irfan Farhad, Indadari Mindrayanti, Wanda Hamidah, Hemy Sution, Nur Aminah, Randya Rachmat Sampurna, dan Muhammad Hibatur Rahman.

Cerita Zaskia Adya Mecca dan Rombongan Ketika Tiba di Mesir 

Cerita mereka diunggah oleh Zaskia Mecca di lama Instagram yang berkolaborasi dengan para rombongan dari Indonesia. Ia menuturkan syukur karena sudah bisa membagikan cerita kepada warganet terkait momen yang dialaminya selama di Mesir. 

“Oke, kusudah mulai bisa bercerita.. Kami sign up sebagai peserta secara resmi, under kontingen dari Malaysia. Karena telat daftar, jadi sudah tidak bisa tambah perwakilan utama atas nama Indonesia. Gak masalah, selama bisa terlibat di long march."

Menurut dia, semua dokumen, briefing dari panitia sangat clear, resiko apa pun ditanggung masing-masing, ini adalah gerakan perdamaian dari seluruh dunia tapi dengan risiko tinggi. Dan panitia masih terus dalam proses negosiasi dengan pemerintahan mesir yang cukup alot.

Ketika masuk Kairo, situasi memang terasa sangat berbeda. Di airport, ia melihat teman-teman dari negara lain di deportasi (terutama dari eropa), baca grup long march sudah banyak aktivis yang di tangkap, ada yang ditahan tapi juga ada yang dipulangkan.

"Tapi proses imigrasi kami tergolong sangat smooth, jadi kita sudah bersyukur seenggaknya tidak langsung di-deportasi seperti kebayakan peserta lain sampai di hotel malam-malam vibe-nya sudah engga enak. Ada polisi yang langsung mencatat semua paspor dan berbicara serius sambil melihat kami dengan staf hotel,” tulis Zaskia. 

Namun perjalanan mereka tidak berhenti sampai disitu. Zaskia melanjutkan bahwa kejadian tidak terduga menimpa rombongan asal Indonesia. Lalu pagi hari keluar pernyataan panitia kalau kesepakatan tidak terjadi, peserta long march dianggap illegal dan polisi berhak menangkap para peserta.

"Jam 7 pagi ada 3 mobil polisi datang ke hotel, melakukan sweeping, 4 bule di bawa dengan mobil polisi, dan kami yang bernegosiasi. Sudah harus bertindak tepat, apalagi baca pergerakan tetap berjalan. Semua ambil resiko! Tapi situasi kami lebih sulit, seolah terkunci untuk bergerak, karna sekitar 20 polisi, intel, mobil polisi bahkan mobil tahanan siap di depan bus, khusus disiapkan untuk kami ber-10," tulisa

Setelah itu, Zaskia melanjutkan ceritanya. “Akhirnya kami pindah ke hotel bintang 5 dengan fikiran, protokol hotel akan membuat intel tidak bisa sembarangan mengikuti juga menangkap turis seperti yang terjadi kepada bule di hotel sebelumnya. Minim pula yang menyaksikan. At least hotel ini selalu ramai.” tulis Zaskia memulai video ceritanya bagian dua. 

“Ternyata salah, mereka tetap terang-terang-an mengikuti kami. Semakin tidak nyamannya seluruh staf Hilton di panggil oleh polisi dan entah di briefing apa sehingga semua siaga selama kami disana. Tatapan marah juga curiga dari semua staff hotel. Seolah-olah kami semua tahanan," kata ibu 5 anak ini. 

Karena mereka playing tourist, lanjut Zaskia jadi harus terlihat piknik sambil memastikan apakah para intel masih mengawasi. Sorenya naik kapal depan hotel, yang disewakan mereka, mencoba merasakan kepasrahan juga keyakinan ibunda nabi Musa kepada Allah SWT ketika menghanyutkan bayinya di sungai ini.

Di tengah derasnya arus, ada keyakinan yang lebih kuat: bahwa Allah takkan pernah meninggalkan hamba-Nya yang berserah. Dari pagi kami mengalami tekanan seperti ini aja rasanya lelah luar biasa, entah kekuatan sebesar apa yang dimiliki saudara-saudara kita di p l s t n," pungkasnya. 

Pilihan Editor:  Zaskia Adya Mecca hingga Ratna Galih Ikut Global March to Gaza, 4 Seruan Ini yang DIperjuangkan

NAJWA AZZAHRA | INSTAGRAM

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement