Gerakan Brave Together Ajak Remaja Lepas dari Masalah Depresi dan Kecemasan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio

Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menurut “Indonesia Gen Z Report 2024”, kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan menjadi salah satu dari tiga isu yang menjadi  perhatian Gen-Z dan milenial Indonesia, selain kesetaraan sosial dan ekonomi serta hak asasi manusia dan keadilan sosial. Namun, stigma negatif seputar kesehatan mental dan akses pelayanan menjadi penghambat atau barrier utama pemulihan. 

Maybelline Brave Together adalah sebuah inisiatif yang diluncurkan oleh Maybelline New 
York secara global pada tahun 2020 guna memberikan akses konseling satu banding satu secara gratis demi  mengatasi isu kecemasan dan depresi. World Health Organization Foundation lantas mengapresiasi lewat serial mini-dokumenter bertajuk “Healthier Together” yang diproduksi oleh BBC StoryWorks Commercial. 

“Inisiatif Maybelline Brave Together pertama kali diluncurkan tahun 2020 dan diperkenalkan di Indonesia  pada tahun 2022 untuk mendukung generasi muda Indonesia menghadapi isu kecemasan dan depresi. Sejak saat itu, Maybelline secara konsisten memberikan akses konseling gratis dan edukasi untuk  meningkatkan kesadaran akan pentingnya merawat kesehatan mental, terutama kecemasan dan depresi,” ungkap Carla Mangindaan, Brand General Manager, Maybelline Indonesia.

Di Indonesia, Maybelline New York bekerja sama dengan KALM, sebuah platform konseling online berbasis  aplikasi yang menaungi lebih dari 200 orang psikolog profesional, untuk mendobrak barrier ini lewat akses konseling gratis berbasis aplikasi. Berikut adalah fakta menarik seputar Brave Together di Indonesia: Sejak tahun 2022, tercatat adanya kenaikan partisipasi sesi konseling Brave Together di Indonesia  sebanyak lebih dari 2 kali  lipat di tahun 2023.

Sesi konseling didominasi oleh Gen-Z berusia antara 19-27 tahun, dimana 86 persen adalah Perempuan. KALM mencatat bahwa tiket sesi konseling paling sering diklaim selepas pukul 18.00-20.00. Sebanyak 73 persen peserta konseling melaporkan gejala kecemasan dan depresi dengan ciri-ciri, yaitu cemas,  gugup, gelisah, serangan panik, kesulitan berkonsentrasi, sering menangis, merasa putus asa, mood swing, kemarahan, stres, sulit tidur dan kelelahan.

Sebanyak 94 persen peserta mengatakan terbantu karena program konseling gratis dan psikolog yang kompeten. Hingga hari ini, telah lebih dari 40.000 sesi konseling profesional gratis telah diberikan. Maybelline  New York berkomitmen terus melanjutkannya. 

"Kami bersyukur KALM dapat menjadi bagian dari inisiatif yang inklusif ini karena Brave Together berhasil membuka akses konseling bagi mereka  yang sebelumnya terhambat karena alasan finansial maupun geografis. Peserta konseling Brave Together  tidak hanya dari pulau Jawa saja, tetapi ada dari pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Maluku,"  jelas Karina Negara, Psikolog Klinis dan Co-founder KALM

Training Brave Talk untuk membantu setiap orang bisa menjadi pendengar yang baik kepada lebih dari 1.500 orang. "Misi kami adalah memberikan rasa percaya diri kepada setiap orang untuk mengekspresikan kecantikan mereka. Kami tahu bahwa makeup menjadi salah satu cara,  tetapi usaha yang sesungguhnya dimulai dari dalam, yaitu dari mental yang sehat,” lanjut Carla.

Di tingkat global sendiri, Brave Together telah membantu lebih dari 1,65 juta orang untuk mendapatkan  bantuan konsultasi 1:1 dengan gratis di 34 negara dengan lebih dari 45 LSM lokal. Butuh bantuan? Ingin tahu lebih banyak tentang isu depresi dan kecemasan? Atau hanya ingin bercerita saja? 

Pilihan Editor:  Gwyneth Paltrow Cerita Anak-anaknya Semakin Dewasa, Sempat Alami Kecemasan

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."