Alasan Ariel Tatum Suka Gaya Rambut Panjang, Lebih Beridentitas sebagai Perempuan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ariel Tatum/Foto: Instagram/Ariel Tatum

Ariel Tatum/Foto: Instagram/Ariel Tatum

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Rambut menjadi salah satu mahkota bagi perempuan, begitu pula dengan aktris sekaligus penyanyi Ariel Tatum yang senang menjadi perempuan berambut panjang karena terlihat lebih beridentitas ketika melakukan kegiatan apapun, termasuk yang identik dengan dilakukan laki-laki.

"Aku lebih senang rambut panjang. Ibaratnya mau naik sepeda atau motor, atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan laki-laki, kita (perempuan) tetap beridentitas," kata Ariel Tatum saat ditemui usai pementasan teater bertajuk "Mahkota" di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Sabtu, 27 April 2024. 

Ariel Tatum pun merasa senang bisa ikut terlibat dalam proyek teater monolog "Mahkota" bersama Happy Salma dan Artasya Sudirman, yang membawa gagasan bahwa rambut adalah mahkota bagi perempuan. Monolog itu mengisahkan Drupadi, istri Pandawa, dan Nyi Rambut Kasih, seorang ratu di Majalengka, Jawa Barat.

Meskipun semua pemeran berambut panjang, "Mahkota" ingin menyampaikan bahwa tidak berarti perempuan harus berambut panjang. "Mahkota", kata Happy Salma, melambangkan kebebasan.

Pentas monolog "Mahkota" dibawakan tiga seniman perempuan Happy Salma, Ariel Tatum, dan Artasya Sudirman. Pertunjukan tersebut merefleksikan filosofi rambut dan rahasianya dari sudut pandang perempuan, diiringi permainan biola Danu Kusuma.

"Mahkota" ditampilkan dalam rangka memperingati Hari Kartini, yang diharapkan tidak hanya menghibur, tapi, dapat menjadi sumber inspirasi.

Pilihan Editor: Intip Gaya Ariel Tatum hingga Pevita Pearce di Fashion Show Sapto Djojokartiko Spring/Summer 2024

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."