Hari Malaria Sedunia, Hindari Faktor-faktor yang Meningkatkan Risiko Malaria

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Nyamuk malaria (Reuters Photo/Paulo Whitake

Nyamuk malaria (Reuters Photo/Paulo Whitake

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Malaria, penyakit yang telah menjangkiti umat manusia selama berabad-abad, terus menimbulkan ancaman besar terhadap kesehatan masyarakat global. Untuk benar-benar memerangi malaria, masyarakat harus mengatasi hambatan-hambatan ini secara komprehensif dan menyesuaikan pendekatan terhadap perkembangan penyakit ini. Hari Malaria Sedunia bisa menjadi refleksi bersama.  

Dalam sebuah wawancara dengan HT Lifestyle, Dr Susanta Kumar Ghosh, yang sebelumnya bekerja di ICMR-National Institute of Malaria Research di Bangalore dan saat ini menjadi Penasihat Ilmiah di Eco BioTraps mengatakan salah satu tantangan utama dalam memerangi malaria adalah kurangnya pemahaman tentang penyakit malaria.

Kesalahpahaman, seperti keyakinan bahwa malaria tidak dapat dicegah atau diobati, berkontribusi terhadap sikap fatalistis dan menghambat tindakan proaktif. Selain itu, ketergantungan pada pengobatan tradisional semakin memperumit masalah ini, yang seringkali menyebabkan keterlambatan dalam mendapatkan perawatan medis yang tepat.”

Ia menambahkan, “Selain itu, penilaian terhadap beban malaria dan pola penularannya sangat penting, terutama di wilayah dengan tingkat penularan rendah di mana penyakit ini mungkin tidak diketahui. Juga di daerah endemik, penularan sisa dari kasus parasitemia rendah. Memasukkan penanda serologis dari infeksi baru-baru ini dan diagnosis molekuler dalam penelitian di masa depan dapat memberikan wawasan berharga mengenai sejauh mana sebenarnya masalah ini dan memandu intervensi yang ditargetkan.”

Faktor Penularan Malaria 

Dr Susanta Kumar Ghosh mengungkapkan faktor-faktor seperti kondisi meteorologi, perubahan lingkungan dan kesenjangan sosial ekonomi semuanya mempengaruhi dinamika penularan malaria. Urbanisasi yang pesat, penggundulan hutan dan kegiatan konstruksi yang tidak terencana mengganggu ekologi vektor, sehingga memperburuk masalah. 

"Sistem pengawasan penyakit yang lemah dan pola penularan musiman yang bervariasi semakin mempersulit upaya pengendalian, terutama dalam menghadapi fluktuasi jumlah kasus yang disebabkan oleh perubahan iklim.”

Rencana Strategis Nasional terbaru: Eliminasi Malaria 2023-2027 menekankan penguatan pengawasan dan tindakan di bidang penjangkauan. Bertahannya parasit malaria, ditambah dengan faktor sosial budaya dan lingkungan, memerlukan pendekatan multifaset.

Strategi Pengendalian Malaria 

Inti dari strategi pengendalian malaria yang efektif adalah keterlibatan dan kesadaran masyarakat. Dr Susanta Kumar Ghosh menekankan, “Kampanye informasi memainkan peran penting dalam mendidik masyarakat rentan tentang gejala malaria, metode pencegahan, dan pentingnya mencari pengobatan tepat waktu. Dengan mendorong partisipasi masyarakat dan kolaborasi dengan otoritas setempat, kita dapat meningkatkan dampak kegiatan pengendalian dan berupaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk mengakhiri epidemi malaria pada tahun 2030. 

Selain itu, memahami faktor-faktor penentu sosio-demografis dari pengetahuan dan praktik malaria sangat penting untuk intervensi yang ditargetkan. Faktor-faktor seperti usia, pendidikan, status sosial ekonomi, dan lokasi mempengaruhi kemampuan individu untuk mengambil tindakan pencegahan secara efektif. 

Dengan mengatasi kesenjangan ini dan menyesuaikan intervensi pada kelompok populasi tertentu, kita dapat mengoptimalkan dampak upaya pengendalian malaria. Menurutnya, resistensi insektisida merupakan tantangan besar bagi upaya pengendalian malaria di India. 

Dr Susanta Kumar Ghosh berkata, “Kulikifikasi Anopheles, salah satu vektor utama malaria di wilayah ini, merupakan contoh ancaman ini. Spesies nyamuk ini telah mengembangkan resistensi penuh terhadap insektisida dikloro-difenil trikloroetana (DDT), menunjukkan resistensi yang besar terhadap malathion dan piretroid sintetis. 

Munculnya Resistensi Insektisida pada Nyamuk malaria

Yang lebih memprihatinkan adalah munculnya beberapa resistensi insektisida pada satu nyamuk Anopheles culicifacies, yang semakin mempersulit upaya pengendalian. Penggunaan kelambu berinsektisida yang tahan lama (LLIN) telah menyebabkan perubahan perilaku vektor dalam menghindari LLIN. Tantangan yang ada saat ini adalah mengganti jaring yang lama. 

Selain itu, vektor penting lainnya seperti Anopheles fluviatilis, Anopheles sundaicus, dan Anopheles stephensi juga menunjukkan resistensi terhadap insektisida yang umum digunakan. Temuan ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan pendekatan inovatif dalam pengendalian nyamuk selain insektisida konvensional. Hal ini memerlukan peralihan ke strategi alternatif yang dapat secara efektif menargetkan nyamuk yang resisten sekaligus meminimalkan dampak terhadap lingkungan.”

Dr Susanta Kumar Ghosh menyarankan salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah penggunaan metode pengendalian biologis seperti penggunaan ovitrap, yang secara khusus menargetkan perkembangbiakan nyamuk. Metode ini menawarkan alternatif insektisida kimia yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta dapat membantu mengurangi tekanan selektif yang mendorong resistensi insektisida. 

Selain itu, perbaikan desain perumahan untuk mengurangi masuknya nyamuk atau pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat untuk menghilangkan tempat perkembangbiakan, dapat meningkatkan efektivitas upaya pengendalian malaria. Memahami faktor-faktor yang meningkatkan risiko malaria sangat penting untuk merancang strategi pengendalian yang komprehensif. 

"Dengan mengatasi hambatan dalam pencegahan dan pengobatan, meningkatkan upaya pengawasan, dan melibatkan masyarakat, kita dapat mengambil langkah signifikan menuju eliminasi malaria. Dengan upaya terpadu dan pendekatan inovatif, kita dapat mencapai tujuan masa depan bebas malaria," ujarnya. 

Pilihan Editor: Perubahan Iklim Berdampak pada Masalah Kesehatan Mental Cemas dan Depresi

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."