Anak Pelaku Bullying, 8 Hal Ini Perlu Dilakukan Orang Tua

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak mengalami bullying. Freepik.com/gpointstudio

Ilustrasi anak mengalami bullying. Freepik.com/gpointstudio

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Putra dari musikus dan kreator konten VR diduga menjadi salah satu anak pelaku bullying. Dia diduga melakukan perundungan atau bullying dan kekerasan dengan teman-teman lain di sekolahnya. Kabar ini datang dari cuitan di Twitter/X yang viral. 

"Gw dapat info, ada perundungan di SMA Binus Intl BSD, seorang anak dipukulin sama belasan seniornya hingga masuk rumah sakit, mereka anak-anak pesohor, dan ngerinya lagi sampai disundut rokok!" tulis akun @bospurwa pada Ahad, 18 Februari 2024. 

Warganet lain membalas tweet @bospurwa dan menceritakan sedikit kronologi kejadian tindak kekerasan itu. Akun tersebut juga menyebutkan pelaku kekerasan diduga adalah anak VR, yaitu FLR. Dia saat ini berusia 17 tahun dan duduk di bangku SMA.  

"Anak-anak itu salah satunya kalau gasalah anaknya artis V****nt R***pies namanya L*****s R****** anak kelas 12 di Binus School Serpong, mereka menghabisi anak itu tanpa ampun sampai kulitnya terbakar di sundut rokok dan tidak hanya itu di pukul pake kayu ramai-ramai divideoin," cuit @eri***.

Terlepas dari dugaan bullying anak artis VR, ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua ketika anak pelaku bullying

1. Komunikasi, Komunikasi, dan Komunikasi

Jika Anda mendengar dari guru atau orang tua lain bahwa anak Anda menjadi pelaku bullying, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah berbicara dengan anak Anda tentang situasi tersebut. Bersikaplah lugas mengenai masalahnya, namun jelaskan bahwa Anda terbuka untuk mendengarkan cerita dari sisi anak Anda. Katakan sesuatu seperti: “Saya mendapat telepon dari sekolah hari ini, dan guru mengindikasikan bahwa Anda terlibat dalam penindasan. Saya sangat prihatin dengan hal ini, dan kita perlu membicarakannya. Tolong beritahu saya apa yang terjadi.”

Membicarakan situasi tersebut dengan anak Anda dapat membantu Anda memahami mengapa perundungan terjadi, dan langkah apa yang perlu diambil untuk menghentikannya.

Beberapa anak mungkin melakukan bullying karena seolah memberi kekuasaan dan kendali atas sesuatu. Sementara anak lain mungkin tidak dapat menjelaskan mengapa mereka bertingkah. Hal ini terutama berlaku pada anak berusia sekolah dasar dan anak-anak yang berjuang dengan kecemasan, trauma, atau masalah kesehatan mental lainnya.

Jika Anda kesulitan memahami penyebab anak Anda merundung temannya, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater anak yang memiliki banyak pengalaman mengevaluasi perilaku anak.

2. Mencari Solusi Bersama

Setelah Anda menyelidiki akar masalahnya, Anda dapat menyesuaikan respons Anda terhadap tantangan spesifik yang dihadapi anak Anda dalam interaksi sosial. Diskusikan skenario yang mungkin sulit mereka tangani, dan bimbing mereka melalui respons yang tepat.

Jika, misalnya, anak Anda dengan sengaja mengecualikan salah satu teman sekelasnya dari kegiatan sosial, beri tahu mereka: “Saat seseorang mengajak Anda bermain, Anda harus mengatakan ya. Saya ingin melihat Anda termasuk anak-anak, dan saya ingin melihat Anda hanya menggunakan bahasa yang penuh hormat.”

“Menggambarkan banyak solusi berbeda untuk berbagai masalah yang mungkin muncul, dan berikan contoh jelas tentang bagaimana Anda mengharapkan anak Anda merespons,” kata Jamie Howard, Direktur Stress and Resilience Program di Child Mind Institute.

“Saya akan mencoba membingkainya sebagai perilaku pertemanan, daripada, 'Jangan menjadi pengganggu.' Anak-anak akan merespons lebih baik ketika diberi tahu apa yang harus dilakukan daripada apa yang tidak boleh dilakukan,” tambahnya.

Mendorong anak Anda untuk mengambil sudut pandang orang yang di-bully dapat menjadi cara lain yang berguna untuk menghadapinya. Tanyakan kepada anak Anda: “Dapatkah Anda memikirkan saat ketika Anda merasa tersisih atau sedih karena seseorang tidak bersikap baik kepada Anda? Perasaan yang kamu rasakan itu sama dengan perasaan teman sekelasmu karena kamu tidak bersikap baik padanya.”

3. Refleksi Diri

Anak-anak yang terpapar interaksi agresif atau tidak baik di rumah kemungkinan besar akan mengulangi perilaku tersebut di sekolah. “Penting bagi orang tua untuk memikirkan bagaimana perilaku mereka dapat mempengaruhi anak-anak seperti cara mereka berbicara kepada anak-anak mereka, cara mereka berbicara kepada pasangan mereka, cara mereka menangani kemarahan, itu menjadi contoh untuk anak,” kata Kristin Carothers, psikolog klinis.

Ada kemungkinan bahwa bullying terjadi di rumah Anda, dan Anda bahkan tidak menyadarinya. Apakah anggota keluarga Anda sering membentak, mencaci-maki, atau menghina? Apakah anak-anak Anda saling mengganggu atau memukul satu sama lain? Jika demikian, penting untuk mulai membina lingkungan rumah yang positif, di mana anggota keluarga memperlakukan satu sama lain dengan baik dan hormat.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."