Hampir 30 Tahun Bekerja di Museum, Begini Perjuangan Ni Luh Putu Chandra Dewi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Kepala Unit Museum Nasional Indonesia Ni Luh Putu Chandra Dewi ditemui di Jakarta Pusat, Sabtu, 9 Desember 2023. Foto: CANTIKA/Silvy Riana Putri

Kepala Unit Museum Nasional Indonesia Ni Luh Putu Chandra Dewi ditemui di Jakarta Pusat, Sabtu, 9 Desember 2023. Foto: CANTIKA/Silvy Riana Putri

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kepala Unit Museum Nasional Indonesia, Ni Luh Putu Chandra Dewi telah bekerja di museum hampir 30 tahun, tepatnya 26 tahun.  Berlatar belakang pendidikan arkeologi, perempuan yang biasa disapa Chandra ini mengawali karier sebagai tim di bagian edukasi dan hubungan masyarakat atau humas di Museum Provinsi Timor Timur, sebelum melepaskan diri dari Indonesia tahun 2002, kini menjadi negara Timor Leste.

Selain karena dorongan latar belakang atau background, Chandra mengaku tertarik menjadi juru bicara atau jubir benda-benda bersejarah yang tak ternilai itu.

"Ketika dalam proses penempatan bekerja, saya ditempatkan di museum. Kenapa saya jadi tertarik, mungkin sampai saat ini museum dianggap tempat yang sepi tidak menarik, tapi di situlah tantangannya. Bagaimana kita bercerita, bertutur menjadi wakil dari koleksi-koleksi yang ada menyampaikan sejarah," ungkapnya kepada Cantika di Jakarta, Sabtu, 9 Desember 2023.

"Menyampaikan 'ini lho saya, saya punya peran'," tuturnya.

Dia juga mengatakan tertantang membuat museum menjadi tempat edukasi non-formal yang dicari generasi muda. Dia ingin mematahkan anggapan museum tempat yang sepi.

"Ini harus benar-benar kita giatkan," jelasnya.

Perjuangan 3 Bulan Pertama Bekerja

Di awal-awal bekerja di Museum Provinsi Timor Timur, dia sempat bertanya dalam hati dan kebingungan.

"Awalnya saya bertanya why (mengapa), karena saya lahir dan besar di urban, di sana museum sangat sepi. Di awal tiga bulan pertama tidak ada pengunjung. Saya bingung saya kerja apa ya seperti ini. Saya ditempatkan di bagian edukasi dan humas," tuturnya.

Melihat kondisi itu, Chandra tak berpangku tangan. Bersama timnya, Chandra yang baru saja tamat kuliah itu merancang acara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

"Saya melalukan survei ke masyarakat di sana, mereka suka apa, ya. Karena kami harus melihat psikologi masyarakat sekitar. Kalau kami tidak tahu, bagaimana cara mendekatinya. Kami gali sukanya apa," ujarnya.

"Kami menyadari karena mereka ada pengaruh Portugis, budaya pesta menjadi hal luar biasa. Ketimbang ke tempat yang sepi, lebih memilih ke acara pesta, yang familiar untuk mereka," lanjutnya.

Setelah melihat data-data tersebut, Chandra mengadakan pesta dansa  di halaman museum

"Pertama saya lakukan (pesta dansa). Diadakan mulai senja hingga malam hari. Ketika mendengar pesta, gemerlap lampu dihias, mereka tertarik. Lalu kami membuka ruang pamer agar mereka tertarik 'itu apa ya', dibuat seterang mungkin," jelasnya.

Sesuai harapan, tamu pesta dansa saat itu satu per satu masuk ke ruang pamer. Mereka tertarik mencari tahu ada benda bersejarah apa saja di sana.

" 'Wah di sini ada barang-barang nenek moyang kita, patung leluhur, kain, perhiasan'. Dari situ mulai, orang berdatangan. Sebulan paling tidak ada 7 sampai 10 pengunjung. Di bulan berikutnya, anak-anak sekolah kami datangi untuk kunjungan ke museum," jelasnya.

Usai keberhasilannya memikat perhatian masyarakat Timor Timur saat itu kepada museum lewat pesta dansa, Chandra mendapat kenaikan jabatan sebagai kepala seksi edukasi dan humas.

Tantangan jadi Kepala Unit Museum

Chandra bekerja di Museum Provinsi Timor Timur selama tiga tahun, kemudian dia ditempatkan ke Museum Nasional pada tahun 2000 hingga saat ini. Sebagai Kepala Unit Museum Nasional, Chandra mengaku berpikir kreatif sesuai zaman untuk menarasikan koleksi salah satu tantangannya.

"Berdasarkan riset yang kuat, kami mempublikasikan dan mempromosikan koleksi dengan cara-cara yang digemari, salah satunya lewat immersif. Selain itu, kita akan membuat lebih," ujarnya.

"Kita bisa mengombinasikan penyampaian sejarah lewat interaktif karena anak-anak sekarang suka visual. Generasi muda salah satu target kami," imbuhnya.

Selain itu, membentuk tim yang solid dan kreatif merupakan tantangan lainnya untuk Chandra. Meski demikian, dia bersyukur bisa bekerja dengan tim yang kreatif dan gigih.

Di ujung perbincangan singkat, Ni Luh Putu Chandra Dewi berbagi pesan bagi yang ingin mengawali karier di bidang museum, ada banyak pilihan profesi. "Di museum ada banyak pilihan profesi seperti kurator peneliti di museum, konservator yang merawat koleksi, register  yang mencatat mendokumentasikan, hingga edukator yang menyampaikan dan  membuat program. Profesi itu menarik dan banyak tantangannya," pungkasnya.

Pilihan Editor: Cerita Mengunjungi Museum Ullen Sentalu, Lebih Dekat dengan Kerajaan Mataram Islam

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."