3 Gangguan Rahim Ini Termasuk Penyebab Susah Hamil

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi sistem repoduksi wanita, rahim, PCOS (Freepik)

Ilustrasi sistem repoduksi wanita, rahim, PCOS (Freepik)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tidak sedikit pasangan di Indonesia berjuang memiliki keturunan. Sebenarnya ada banyak penyebab pasangan memiliki anak, dimulai dari gangguan kesuburan hingga gangguan di organ reproduksi pria maupun wanita. Bicara soal reproduksi wanita, ada beberapa gangguan rahim yang termasuk penyebab susah hamil. Untuk kita ketahui bersama, berikut tiga di antaranya yang dipaparkan sejumlah dokter kandungan dari Klinik Fertilitas Bocah Indonesia.

1. PCOS

Polycystic Ovary Syndrome atau biasa dikenal PCOS adalah gangguan hormonal yang berakibat pada perkembangan sel telur sehingga produksi pemecahan sel telur menjadi sangat lama dan terjadi stagnansi sel telur. “Perkembangan telur akan banyak tapi kecil-kecil, jadi telurnya nanggung dan lama sekali jadinya,” jelas dr. Febriyan Nicolas dalam acara Bocah Fertility Week (BFW) 2023 pada Sabtu, 4 November 2023.

Sebanyak 1 dari 5 wanita bisa mengidap PCOS, dan fenomenanya semakin banyak karena konsumsi makanan yang tidak sehat seperti makanan cepat saji. Gejala yang dialami pasien PCOS di antaranya adalah siklus haid yang tidak normal, obesitas mendadak, dan hormon maskulin seperti tumbuh kumis.

Penyakit ini dapat sembuh dengan konsultasi pengobatan dengan dokter, seperti mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat dan hormon terapi. “Pasien PCOS paling tidak turunkan badan 5 hingga 10 persen,” ucap dr. Febriyan Nicolas.

2. Endometriosis

Endometriosis adalah penyakit yang dialami 1 dari 10 wanita dengan kondisi tumbuhnya jaringan endometrium di luar uterus. Endometriosis memicu reaksi inflamasi yang mengakibatkan timbulnya rasa nyeri, perlengketan, dan gangguan kesuburan. Nyeri yang dialami oleh pasien endometriosis meliputi nyeri haid, nyeri saat berhubungan, nyeri buang air, serta nyeri panggul dan perut bawah.

Penanganan yang dapat dilakukan di antaranya mengonsumsi obat anti nyeri, obat KB, obat hormon untuk mengurangi menstruasi, dan operasi laparoskopi untuk meminimalisasi penurunan cadangan telur (kadar AMH) sehingga tingkat keberhasilan kehamilan tetap optimal.

Menurut dr. Steven Aristida, endometriosis tidak dapat sembuh sehingga perlu meminum obat. “Tetapi Endometriosis akan berhenti di dua kondisi, yaitu saat hamil dan masa menopause,” kata dr. Steven.

Endometriosis dapat dihindari dengan mengubah pola hidup seperti menghindari makanan berlemak, manis, dan cepat saji, lalu mengonsumsi buah-buahan dan makanan rebus.

3. Penyumbatan Tuba Falopi

Peran dua tuba falopi sebagai saluran penghubung antara indung telur dan rahim sangat penting dalam proses kehamilan, sebab di sanalah sperma dan sel telur bertemu, lalu kemudian berkembang menjadi janin. Apabila terjadi gangguan seperti penyumbatan pada tuba falopi, maka akan mempersulit pertemuan sperma dan sel telur.

Sebanyak 3 dari 10 wanita alami penyumbatan pada tuba falopi akibat cairan atau jaringan. Permasalahan tersumbatnya tuba falopi terbagi dua, yaitu uniteral (hanya satu tuba falopi yang tersumbat) dan bilateral (kedua tuba falopi tersumbat).

Gejala pasien mengalami gangguan tuba falopi adalah rasa sakit dan nyeri panggul, nyeri saat berhubungan intim, mengalami keputihan tidak normal, dan alami demam, mual, hingga muntah. “Biasanya penyumbatan tuba ini tidak bergejala, tetapi jika sampai terlihat gejalanya, itu berarti penyumbatannya sudah sangat parah,” jelas dr. Riyan Kurniawan.

Penyumbatan tuba falopi dapat dibuka atau diatasi tergantung kondisi tuba pasien, Riyan menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter bagaimana pengobatan terbaik terkait kondisi ini.

Pilihan Editor: 5 Penyebab Masalah Kesuburan Perempuan, dari Stres Hingga Berat Badan

ANNISA YASMIN

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."