Buku Perjalanan Satu Dekade Batik Durian Lubuklinggau Resmi Dirilis

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Buku

Buku "Batik Durian Lubuklinggau: Memperkaya Khasanah Batik Nusantara" diluncurkan pada Minggu, 15 Oktober 2023, di Gramedia Matraman, Jakarta/Foto: Doc. Batik Durian

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Di kota paling barat di Sumatera Selatan, Lubuklinggau, lahir kain batik durian yang memperkaya khasanah batik nusantara. Digagas oleh ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dan Dekranasda Lubuklinggau, Yetti Oktarina Prana pada Mei 2013, batik durian awalnya muncul dengan motif durian belah yang kemudian berkembang dengan beragam motif, seperti hiasan dedaunan, dan tidak lagi hanya berbentuk belah durian. 

Para pengrajin batik asal Lubuklinggau yang dikirim mengikuti pelatihan proses pembuatan batik, juga menggunakan pewarna alam seperti buah pinang dan kulit jengkol. Dalam perkembangannya, batik durian Lubuklinggau turut berkolaborasi dengan sejumlah desainer dan dikenalkan ke publik luas dengan tampil di pekan mode lokal, nasional dan juga di tingkat internasional seperti Milan Fashion Week di Italia. 

Seperti apa perjalanan batik durian Lubuklinggau dalam satu dekade ini? “Batik Durian Lubuklinggau pada awalnya adalah keinginan untuk mendapatkan ikon atau simbol yang menjadi penanda kota Lubuklinggau. Siapa mengira kalau perkembangan dan perjalanannya dalam hitungan satu dekade, telah melangkah cukup jauh dan menjadi harapan banyak orang. Tidak hanya untuk warga Lubuklinggau, tapi juga di luar Lubuklinggau,” ujar Rina, yang juga istri dari Prana Putra Sohe, Walikota Lubuklinggau periode 2013-2018, dan  2018-2023.  

Buku ini, kata dia, hadir untuk memaparkan perjalanan itu, dari awal digagas pada 2013 hingga kini setelah sepuluh tahun di 2023. Menjadi dokumen tertulis yang membuat siapapun yang membacanya akan turut mendalami serta memahami keberadaan batik durian. 

“Sepanjang sepuluh tahun ini, tentu saja ada jatuh dan bangunnya. Dari mulai kesulitan untuk melahirkan pengrajin batik, mengeluarkan motif-motif baru dan estetik, konsistensi untuk terus berproduksi, dan kehadirannya yang masih belum menarik minat banyak orang.”

Namun, semua kendala itu menjadi tantangan untuk terus ada dan berkembang. “Saya mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang selalu percaya akan batik durian Lubuklinggau ini, baik yang dari pemerintahan, desainer, pengrajin batik, hingga masyarakat yang terus menaruh harapan dan minat pada batik durian Lubuklinggau.” 

“Buku ini semoga bisa jadi awal untuk mengenalkan dan membuka mata agar publik dapat memahami keberadaan batik durian Lubuklinggau di antara batik-batik nusantara,” ujarnya menambahkan. 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."