Jadi Duta Ubud Writers and Readers Festival, Laksmi Deneefe: Seni Budaya Aset Terbesar

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Laksmi DeNeefe. Foto: Instagram/@laksmideneefe

Laksmi DeNeefe. Foto: Instagram/@laksmideneefe

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaUbud Writers and Readers Festival atau UWRF dan Ubud Food Festival akan digelar di Ubud, Bali, pada tanggal 18 hingga 22 Oktober 2023. Tahun ini festival tersebut menginjak usia ke-20. Selain mengumumkan program acara, Yayasan Muda Swari Saraswati, sebagai penanggung jawab festival juga menunjuk Laksmi DeNeefe Suardana sebagai duta resmi.

Pendiri dan direktur UWRF, Janet DeNeefe, mengatakan tahun ini tema yang diangkat adalah "Atita, Wartamana, Anagata". Ini bermakan cerminan dari perjalanan panjang UWRF selama 20 tahun terakhir.

"Tema tahun ini adalah masa lalu, sekarang, dan masa depan. Jadi kita mengakui bahwa tahun lalu dan sekarang, kita harus menyertakan hal-hal seperti tantangan di masa depan," ujarnya dalam konferensi pers, di Jakarta 18 Agustus 2023.

UWRF sendiri lebih dari sekedar meresensi karya sastra masa lalu. Festival ini juga berperan sebagai wadah diskusi mengenai isu-isu kontemporer. Misalnya tentang kesehatan mental, dan berbagai tantangan di masa depan, termasuk permasalahan lingkungan. 

Festival tahun ini juga istimewa dengan penunjukan Laksmi DeNeefe Suardana sebagai duta resmi. Sebagai sosok yang telah lama berkecimpung dengan kedua festival, Laksmi melakukan advokasi yang luar biasa dalam literari dan sastra, juga warisan kuliner Indonesia. Dia juga diharapkan dapat membantu yayasan menjangkau khalayak yang lebih luas dan meningkatkan visibilitas UWRF dan Ubud Food Festival.

Menurut Janet, Laksmi adalah orang tepat menjadi duta yayasan. "Dia tumbuh dengan acara-acara ini dan dia sangat tertarik dengan literasi, sastra, makanan Indonesia serta warisan budayanya," kata dia.

Sebagai duta, Laksmi sangat antusias mendukung visi dan misi festival yang sejalan dengannya. Dia juga menegaskan pentingnya mengenalkan dunia membaca, menulis dan literasi sejak ini. 

“Dengan membangun dan memperkuat bangsa kita melalui pendidikan, khususnya kegiatan seni dan sastra. Saya percaya bahwa seni dan budaya adalah aset terbesar bangsa kita," katanya. 

Salah satu penulis dan juga jurnalis, Leila S. Chudori, juga mendapat kesempatan untuk menampilkan buku terbarunya di UWRF 2023. Bukunya itu berjudul Namaku Alam, yang masih terhubung dengan buku sebelumnya Pulang tahun 2013. Dalam dua volume, buku ini akan menceritakan kisah seorang anak tahanan politik.

Bagu Leila, UWRF adalah rumah bagi penulis dan pembaca. Mereka berkerasi, berbagi, belajr dan berdiskusi satu sama lain. Dia pernah menulis novel dan meluncurkannya di Festival tahun 2017. "Saya berharap UWRF akan terus menjadi rumah bagi komunitas buku global, menyediakan ruang yang aman namun penuh semangat untuk semua," kata Leila.

Ubud Writers and Readers Festival tahun ini meyediakan lebih dari 40 diskusi panel yang melibatkan penulis, akademisi, jurnalis, dan aktivitas. Beberapa tokoh dari luar negeri termasuk, pembela lingkungan Vandana Shiva. Penulis pemenang Penghargaan Pulitzer, Geraldine Books; pemenang Booker Prize 2019, Bernardine Evaristo;  pemenang International Booker Prize 2022, Geetanjali Shree;  serta pemenang Booker Prize 2022, Shehan Karunatilaka. 

Sedangkan beberapa tokoh dalam negeri termasuk wartawan senior Putu Wijaya, seniman muda dan penulis Lala Bohang, sastrawan Goenawan Mohamad, seniman dan budayawan Sujiwo Tejo, novelis Intan Paramaditha, dan masih banyak lainnya.

Pilihan Editor: Laksmi Deneefe Bicara Pendidikan: Salah Satu Solusi Krisis Iklim

YUNIA PRATIWI 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."