6 Menu Sarapan yang Bisa Memicu Peradangan, Tinggi Gula dan Lemak Jenuh

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi donat (Pixabay.com)

Ilustrasi donat (Pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sarapan adalah kesempatan pertama kita untuk memberi makan makanan tubuh. Maka dari itu, penting untuk memperhatikan makanan yang kita santap untuk mencegah kesehatan tubuh termasuk mencegah peradangan atau inflamasi. Menurut pakar kesehatan, sebaiknya menghindari menu sarapan yang bisa memicu peradangan seperti hidangan tinggi gula hingga karbohidrat olahan.

Sejenak menyegarkan ingatan kita kembali, peradangan akut jangka pendek adalah alat yang berguna yang memicu pertahanan tubuh untuk menyerang penyerbu asing (seperti menangkis flu biasa atau menyembuhkan luka), tapi tidak dengan peradangan kronis, menurut Leslie Langevin, ahli diet sekaligus penulis dan salah satu pemilik Whole Health Nutrition. Hal itulah yang perlu kita hindari dengan berbagai cara termasuk pemilihan menu sarapan.

Peradangan kronis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menjadi terlalu aktif untuk melindungi diri dari ancaman (yang antara lain dapat diakibatkan oleh pola makan pemicu peradangan), dan tubuh mengeluarkan molekul peradangan seperti sitokin dalam kadar tinggi, jelas Langevin. Tetapi dalam jangka panjang, keadaan peradangan yang terus-menerus ini dapat menyebabkan kerusakan besar pada tubuh.

Peradangan yang terus-menerus dikaitkan dengan penambahan berat badan, masalah pencernaan, diabetes tipe 2, penyakit jantung, alergi, artritis, dan kondisi autoimun lainnya, serta nyeri dan kelelahan kronis, kata Langevin.

Berikut ini menu sarapan yang bisa memicu peradangan.

1. Kue-kue

Dari muffin, donat hingga kue kering memang termasuk menu sarapan sejak dahulu kala, tetapi kue-kue tersebut menyabotase kesehatan Anda secara keseluruhan. Sebab hidangan tersebut tinggi karbohidrat dan gula olahan, yang akan meningkatkan gula darah Anda dan menghasilkan respons peradangan.

"Selain itu, makanan yang dipanggang sering kali menggunakan mentega atau minyak nabati yang mengandung lebih banyak lemak jenuh atau lemak omega-6, yang juga bersifat proinflamasi jika dimakan berlebihan," jelas Langevin dikutip dari Livestrong.

Mengonsumsi penganan yang mengandung banyak lemak dan gula ini untuk sarapan secara teratur juga dapat menyebabkan penambahan berat badan. Hal itu bisa berdampak pada tingkat lemak atau jaringan adiposa yang lebih besar dalam tubuh merupakan faktor risiko peradangan yang lebih banyak karena orang yang kelebihan berat badan cenderung mengeluarkan lebih banyak molekul peradangan.

2. Wafel dan Panekuk

Seperti makanan yang dipanggang, wafel dan panekuk biasanya dibuat dengan tepung putih. Ini berarti mereka diisi dengan karbohidrat olahan dan memiliki indeks glikemik tinggi, yang akan meningkatkan peradangan.

"Makanan tinggi gula dan karbohidrat olahan olahan dapat meningkatkan kadar gula darah, yang dapat menyebabkan lebih banyak peradangan," kata Langevin. Akibatnya, tubuh lebih memilih makanan glikemik rendah (makanan yang meningkatkan gula darah lebih sedikit).

Untuk membantu tubuh mengontrol lonjakan gula darah dan mengurangi peradangan, coba tambahkan lebih banyak serat, protein nabati, dan antioksidan pada setiap makanan, kata Langevin.

Misalnya, untuk membuat wafel dan panekuk yang lebih bergizi, gantikan tepung oat kaya serat atau tepung gandum utuh dengan tepung putih, masukkan biji chia berprotein tinggi, gunakan minyak zaitun ekstra ringan yang menyehatkan jantung, dan tambahkan blueberry kaya antioksidan.

'Sirup maple kecil bahkan tidak apa-apa di atasnya karena merupakan pemanis glikemik yang lebih rendah,' tambah Langevin.

3. Croissant

Bagi banyak orang, croissant adalah menu sarapan pilihannya. Tetapi, hidangan tersebut mengandung lemak jenuh yang bisa memicu peradangan.

Pola makan yang banyak mengandung lemak jenuh dapat meningkatkan kolesterol, berpotensi menyebabkan penyumbatan arteri, menurut Harvard Health Publishing. Untuk menghindarinya, coba batasi asupan lemak jenuh Anda hingga kurang dari 10 persen kalori harian Anda.

Selain itu, croissant memiliki karbohidrat olahan yang sudah diproses, yang sudah kita ketahui dapat meningkatkan kadar gula darah dan meningkatkan respons peradangan.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."