Perempuan Lebih Berisiko Alami Mata Kering

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi pasien melakukan pemeriksaan mata kering di JEC/JEC

Ilustrasi pasien melakukan pemeriksaan mata kering di JEC/JEC

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penyakit mata kering mungkin belum terlalu sepopuler penyakit mata minus. Tapi penyakit mata kering perlu juga untuk diwaspadai. Dokter spesialis mata dari Universitas Indonesia Dr. dr. Tri Rahayu, SpM(K), FIACLE mengatakan wanita lebih berisiko mengalami mata kering. Salah satu faktornya karena wanita senang mengenakan riasan wajah. "Penggunaan riasan mata seperti celak atau eye liner membuat wanita lebih berisiko mengalami mata kering daripada laki-laki," kata Tri dalam konferensi pers Bulan Kesadaran Mata Kering di JEC, Jakarta.

Ada beberapa faktor risiko mata kering, yaitu berusia di atas 50 tahun khususnya perempuan pasca menopause, pengguna lensa kontak, terlalu lama menatap layar elektronik, memiliki riwayat operasi atau penyakit mata lain, pengguna obat-obatan untuk penyakit tertentu, menderita penyakit metabolisme, serta sering berada di lingkungan berdebu, kering, dan terkena asap rokok.

Sebagai informasi, Tri mengatakan prevalensi mata kering di Indonesia berada pada rentang 27,5 hingga 30,6 persen.

Mata kering merupakan penyakit atau kelainan pada permukaan mata akibat ketidakstabilan air mata. Salah satu gejala umum yang dirasakan pasien adalah rasa tidak nyaman pada mata seperti ada yang mengganjal, terasa kering, sering merah, sensasi berpasir, muncul kotoran, terasa lengket, hingga berair.

Tri menjelaskan, air mata terdiri atas tiga lapisan. Lapisan pertama atau terluar adalah lapisan minyak yang berfungsi mencegah penguapan air mata. Lapisan kedua adalah lapisan air, sedangkan lapisan terdalam adalah lapisan mucin yang menempel langsung dengan kornea.

Dokter spesialis mata dari Universitas Indonesia Dr. dr. Tri Rahayu, SpM(K), FIACLE mengatakan, mata kering yang tak tertangani dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan mata akibat peradangan atau iritasi.

Mata kering merupakan penyakit mata yang disebabkan banyak faktor, yang tanda-tandanya termasuk hilangnya keseimbangan komponen air mata, ketidakstabilan air mata, hingga peningkatan kekentalan atau osmolaritas.

"Adanya kekurangan lapisan air mata dan ketidakstabilan air mata akan menyebabkan terjadinya iritasi, lalu menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi. Inflamasi kemudian akan menyebabkan lagi berkurangnya lapisan air mata, dan lingkaran ini akan berjalan terus," kata Tri  yang merupakan sekaligus Ketua Contact Lens Service JEC Hospitals and Clinics.

Untuk itu, Tri menekankan pentingnya mengenali gejala mata kering agar dapat dilakukan tatalaksana sesegera mungkin, sesuai dengan keluhan, penyebab, dan derajat mata kering, guna mencegah kerusakan pada permukaan mata.

Gejala tersebut termasuk rasa tidak nyaman seperti ada yang mengganjal, sering merah, berair, terasa kering, sensasi berpasir, muncul kotoran, terasa lengket, dan kerap mengucek air mata.

Penting juga untuk rutin memeriksakan mata ke dokter spesialis mata setiap enam bulan sekali. Pasalnya, tak sedikit pasien mata kering yang tidak mengalami gejala. "Berdasarkan temuan kami di JEC, hanya 60 persen pasien mata kering yang memiliki gejala. Artinya, lebih dari sepertiga pasien tidak bergejala dan tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami mata kering yaitu sekitar 37 persen," kata Tri.

Dua cabang JEC di Kedoya dan Menteng, Jakarta, pun mencatat bahwa selama 2022, terjadi lonjakan pasien mata kering sebesar 62 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Secara jumlah, dalam kurun waktu empat tahun terakhir yakni tahun 2019-2022, JEC telah menangani lebih dari 4.000 pasien gangguan mata kering.

JEC Eye Hospitals and Clinics sejak 2017 telah menghadirkan JEC Dry Eye Service untuk menangani mata kering secara komprehensif. "Yang membuat JEC berbeda, kami berkomitmen bahwa untuk ilmunya pun kami coba belajar ke luar, kami coba mencari insight karena di luar kan sudah maju lebih dulu. Kami juga melengkapi diri dengan alat-alat canggih sesuai perkembangan zaman," kata Ketua Dry Eye Service JEC Eye Hospitals and Clinics dr. Nina Asrini Noor, SpM.

JEC Dry Eye Service menawarkan beragam modalitas pemeriksaan berteknologi mutakhir untuk mendiagnosis mata kering pasien. Kemudian berdasarkan pemeriksaan itu, tim ahli akan memberikan penanganan yang sesuai, misalnya terapi E-eye Intense Pulse Light (IPL) untuk memperbaiki kualitas lapisan minyak air mata.

Nina mengatakan, E-Eye Intense Pulse Light merupakan teknologi paling mutakhir untuk terapi Meibomian Gland Dysfunction (MGD) sebagai salah satu mekanisme paling umum penyebab mata kering, yakni kerusakan kelenjar meibom pada kelopak mata. "E-Eye IPL yang ditujukan langsung ke kelopak mata akan menstimulasi dan memperbaiki fungsi kelenjar meibom sehingga kualitas lapisan lipid menjadi lebih baik dan kadar penguapan air mata berkurang," ujar Nina.

Rasio perbaikan keluhan mata kering menggunakan terapi E-Eye IPL mencapai lebih dari 80 persen. Proses terapi E-Eye IPL terbagi menjadi tiga sesi, yaitu hari pertama, hari ke-15 dan hari ke-45, dengan durasi tindakan pada masing-masing mata berlangsung hanya 3-5 menit. Sepanjang 2022, dari total 1.691 pasien mata kering yang mendapatkan penanganan di JEC Dry Eye Service, sekitar 25 persen menerima terapi E-Eye IPL.

Pilihan editor: Kelopak Mata Kering: Tanda, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

ANTARA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."