Cerita Tessa Wijaya Memimpin Startup Fintech; Teknologi jadi Passion Saya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Memimpin Xendit sebagai COO sejak tahun 2016, Tessa Wijaya mewakili Indonesia di penghargaan Top 100 Asia-Pacific Women-Powered/Foto: Doc. pribadi

Memimpin Xendit sebagai COO sejak tahun 2016, Tessa Wijaya mewakili Indonesia di penghargaan Top 100 Asia-Pacific Women-Powered/Foto: Doc. pribadi

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tessa Wijaya, perempuan kelahiran Sukabumi berhasil mewakili Indonesia di ajang Women's Forum perdana dari J.P. Morgan Private Bank, yang mendapatkan pengakuan sebagai salah satu Top 100 Asia-Pacific Women-Powered, High-Growth Businesses.

Tessa Wijaya, Chief Operating Officer (COO) dari startup fintech Xendit, menjadi salah satu dari dua belas perempuan Indonesia yang dinobatkan sebagai Top 100 Asia-Pacific Women-Powered, High-Growth Businesses, oleh bank swasta terbesar di dunia, J.P. Morgan Private Bank. 

Prestasi tersebut merupakan pengakuan terhadap talenta Tessa dalam membesarkan Xendit sebagai startup teknologi finansial yang merevolusi infrastruktur pembayaran digital di Asia Tenggara. Ia juga merupakan salah satu dari sedikit Co-Founder perempuan di Indonesia yang berhasil membawa startup fintech-nya meraih status unicorn.

Tessa Wijaya telah memimpin Xendit sebagai COO sejak tahun 2016. Sebelumnya, ia berkarir di bidang sektor keuangan private equity. Namun, ketertarikannya pada industri finansial dan teknologi mengantarnya untuk melakukan lompatan karir dan mendirikan Xendit bersama 3 co-founder yang lain: Moses Lo, Juan Gonzalez, dan Bo Chen. 

Xendit sendiri adalah startup fintech yang menyediakan layanan pembayaran digital sebagai payment gateway dan telah berkembang pesat di Indonesia, Filipina, dan baru-baru ini berekspansi ke Malaysia. Tessa memegang peran penting dalam membesarkan Xendit, terutama karena ia bertanggung jawab untuk mempertahankan efisiensi operasional, meningkatkan inovasi perusahaan, dan memperluas jangkauan layanan Xendit ke luar negeri. 

"Saya merasa bangga bisa menjadi salah satu perwakilan Indonesia yang mendapatkan pengakuan prestisius dari J.P. Morgan Private Bank. Ini merupakan bukti kuat bahwa para perempuan dapat berkarya dan bersinar tanpa batas, dengan dukungan lingkungan yang tepat. Saya berharap seiring dengan berjalannya waktu, akan ada lebih banyak para perempuan di Indonesia yang menuangkan talenta dan passion-nya di sektor teknologi," ucap Tessa Wijaya, COO dan Co- Founder Xendit. 

Pencapaian Tessa tidak hanya terbatas pada kesuksesan bisnis Xendit. Ia juga terkenal karena kecerdasan dan keterampilannya dalam memimpin tim. Sebagai seorang wanita di industri teknologi yang didominasi oleh pria, Tessa telah menjadi contoh yang inspiratif bagi banyak wanita yang ingin meniti karier di bidang ini.

Namun, perjalanan karier Tessa tidak selalu mulus. Seperti layaknya bisnis yang lain, Xendit pun mengalami beberapa kegagalan di tahap awal pendiriannya. Salah satu masalah yang mengganjal saat itu adalah product fit, yaitu ketidaksesuaian produk dengan preferensi pengguna. 

Setelah melakukan evaluasi, tim Xendit pun beralih dari ide lamanya dan melakukan pivot bisnis menjadi platform pembayaran digital. Menurut Tessa, sebagai pendiri startup, sangat penting untuk bisa meninggalkan ego atau emosi, dan membuat keputusan objektif berdasarkan metrik yang ada, agar startup bisa 'naik kelas' ke level yang lebih tinggi. 

 "Menurut saya, penting bagi setiap perempuan untuk mempunyai sosok panutan atau role model, karena hal tersebut bisa memotivasi kita untuk terus melangkah walaupun ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Selain itu, penting juga untuk menemukan partner yang tepat dalam menjalankan bisnis bersama. Dengan tim yang solid, mereka siap membantu ketika kita mengalami kesulitan dan kita juga selalu terdorong untuk melakukan yang terbaik."

Menurut keterangan J.P. Morgan Private Bank, sektor bisnis high-growth yang paling banyak dipimpin oleh perempuan di kawasan Asia Pasifik adalah Teknologi (22 persen), Ritel & FMCG (19 persen), dan Kesehatan (16 persen). Ketiga sektor ini berhasil menggalang Rp300 triliun ($20 milyar), yaitu 57 persen dari total penggalangan dana. Indonesia sendiri menjadi negara ketiga setelah Tiongkok dan Hong Kong SAR, yang berhasil meraih putaran investasi skala mega terbesar, dengan total pendanaan Rp4,5 triliun ($303 juta). 

Pilihan Editor: Cerita Claudia Kolonas Bangun Pluang hingga Masuk dalam Top 100 Asia-Pacific Women-Powered

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."