Pekerja Lepas juga Rentan Stres, Perlu Sadari Batasan Tubuh saat Bekerja

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi perempuan mencari peluang kerja. Foto: Unsplash.com/Bruce Mars

Ilustrasi perempuan mencari peluang kerja. Foto: Unsplash.com/Bruce Mars

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Bukan hanya pekerja tetap yang rentan stres, bagi kalian yang saat ini menjadi pekerja lepas pun tak terkecuali.  Dokter spesialis kedokteran jiwa dr Jiemi Ardian, SpKJ mengingatkan bahwa pekerja lepas atau freelancer perlu belajar menyadari batasan tubuh untuk mencegah stres. 

Sebab, mengingat pekerjaan bisa datang kapan saja dan tidak ada jam kerja pasti sehingga waktu bekerja kadang menjadi berlebihan. "Kita perlu belajar menyadari batasan tubuh, bukan sekadar mengikuti alur kerja dari jam dan tuntutan saja," kata Jiemi kepada ANTARA, Selasa, 2 Mei 2023. 

Jiemi yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) itu mengatakan, tubuh manusia sebenarnya memiliki kapasitas yang terbatas.

Apalagi jika tubuh hanya banyak duduk, tidak berolahraga, serta kurang tidur, maka kapasitas tubuh akan semakin minimal sehingga stresor yang mampu diterima tubuh semakin sedikit. Begitu juga jika kekurangan nutrisi, energi tubuh akan semakin berkurang sehingga kapasitas tubuh untuk bekerja juga akan berkurang.

"Mari kita ingat bahwa berolahraga, beristirahat, dan makanan dengan gizi seimbang adalah bagian dari produktivitas, bukan lawan dari produktivitas. Maka jaga hal tersebut. Kalau sudah waktunya beristirahat, istirahatlah," ujar Jiemi.

"Sesekali boleh melampaui batas diri, tapi hanya sesekali. Jika terus menerus berada di dalam lingkungan penuh stresor, tidak jelas kapan istirahat, mungkin sudah waktunya pertimbangkan untuk mengurangi jumlah pekerjaan," lanjut dia.

Jiemi kemudian mengungkapkan tanda-tanda bahwa tubuh sudah mengalami burn out atau stres kronis karena pekerjaan, di antaranya adalah ketika kreativitas menurun dan tidak lagi antusias dengan pekerjaan.

Kemudian, menurunnya kemampuan bersosialisasi sehingga lebih memilih untuk menarik diri dan tidak berinteraksi dengan orang sekitar serta memiliki pandangan yang sinis terhadap kehidupan juga dikatakan Jiemi merupakan tanda mengalami burn out.

"Akan lebih baik kita mengambil jarak dulu, kurangi stresornya. Memaksa diri untuk terus menerus berada di lingkungan penuh stres sembari berharap situasi akan membaik sendiri itu biasanya tidak membantu," kata Jiemi.

Pada kesempatan terpisah, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (FKUI) Dr Endang Parahyanti, M.Psi., M.M., Psikolog mengatakan, membuat jadwal prioritas kerja juga dapat menjadi salah satu cara mencegah stres akibat pekerjaan sehingga dapat terus memberikan kepuasan untuk klien.

Menurut Endang, pengelolaan beban tugas menjadi penting dengan kemampuan manajemen waktu yang baik. Setiap tugas harus dihitung kapan waktu penyelesaiannya dan sumber daya apa yang harus dimanfaatkannya.

"Seorang freelancer harus menghitung tuntutan kerja dengan sumber daya yang dimilikinya. Ketika sumber daya yang dimiliki tidak cukup besar, maka potensi terjadinya burn out menjadi semakin besar," ujar Endang

Pilihan Editor: Tips Jadi Freelancer dengan Gaji Besar Tiap Bulan

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."