Pola Perilaku Konsumen di Bulan Ramadan, Pelaku Bisnis Harus Tahu

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi belanja online / e-commerce. freepik.com

Ilustrasi belanja online / e-commerce. freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Bulan Ramadan tidak hanya spesial dari sudut pandang agama, tetapi juga bagi para pemilik bisnis. Bulan Ramadan adalah kesempatan besar bagi pelaku bisnis untuk meningkatkan brand awareness, mendapatkan konsumen baru, dan tentunya memperoleh keuntungan yang lebih banyak.

Perilaku konsumen di bulan Ramadan cenderung mengalami perubahan dan memberikan efek positif pada bisnis. “Bulan Ramadan merupakan bulan penting bagi para pemilik bisnis atau perusahaan. Mengabaikan konsumen di bulan Ramadan sama halnya dengan mengabaikan mereka setahun ke depan,” ujar Company and Retail Strategist, Yongky Susilo, dalam keterangan pers Niagahoster yang diterima Cantika pada 8 April 2023.

Agar sukses di bulan Ramadan, pebisnis harus menyediakan produk yang tepat di waktu yang tepat pula. Supaya, bisnis tidak kehilangan momentum puncak belanja, yaitu sekitar pertengahan dua minggu Ramadan. Terbukti, konsumen pun rela mengantre atau menunggu di website toko online untuk mendapatkan barang yang diinginkan.

1. Perubahan Perilaku Konsumen di Bulan Ramadan

Berdasarkan pengamatan Google, secara umum orang Indonesia lebih banyak memanfaatkan waktu di bulan Ramadan untuk beristirahat. Perubahan pola makan yang biasanya tiga kali sehari dan menjadi dua kali sehari saat sahur dan buka puasa, juga mengubah perilaku pada jam makan siang. Sebagian waktu istirahat yang lebih banyak itu pun digunakan untuk berselancar di internet.

Dilansir dari blog Niagahoster, traffic e-commerce di jam 3-6 pagi selama bulan Ramadan meningkat sebesar 152 persen dan meningkat 12 persen pada jam makan siang. Konten video hiburan di berbagai platform seperti Youtube, Instagram, dan TikTok pun menyedot jutaan penonton selama bulan Ramadan. Dengan lebih dari 70 persen mengakses lewat smartphone.

Namun, pelaku bisnis juga harus memahami waktu yang tepat agar tidak mengganggu waktu ibadah konsumen. Pasalnya, bulan Ramadan dimanfaatkan umat Muslim untuk lebih banyak dan semangat beribadah. Pemilik bisnis pun harus pintar mencari waktu marketing yang tidak menganggu aktivitas ibadah, misalnya ketika waktu salat tarawih.

2. Berbelanja Kebutuhan Ramadan Secara Online

Meski pandemi sudah membaik dan pusat perbelanjaan serta toko offline sudah kembali beroperasi seperti sebelumnya, masyarakat Indonesia sudah terlanjur beradaptasi dan nyaman dengan berbelanja online.

Tidak sedikit yang lebih nyaman berbelanja kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri, seperti baju Lebaran, kue kering, hingga ketupat, melalui toko online. Menurut Niagahoster, belanja online tidak hanya menjadi rutinitas baru favorit bagi penduduk kota besar, tapi juga kota-kota non-metro di Indonesia. Bahkan 72 persen konsumen digital baru berasal dari kota-kota non-metro.

Oleh karena itu, sangat penting untuk menarik calon pembeli dengan website toko online untuk akses yang lebih mudah bagi berbagai kalangan. Tentunya, website toko online harus mobile-friendly, mudah dinavigasi, serta kompatibel di berbagai smartphone. Sehingga, konsumen nyaman saat menjelajahi website bisnis. Pastikan juga memilih layanan web hosting yang memberikan banyak kemudahan, customer service 24/7, dan menggunakan data center.

Hasil dari kampanye marketing selama bulan Ramadan pun tidak berhenti ketika bulan Ramadan usai. Jika hubungan produk dan konsumen sudah baik, maka produk akan selalu diingat oleh konsumen.

Pilihan editor: 5 Cara Meningkatkan Omzet menjelang Lebaran

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."