Obesitas pada Anak: Penyebab, Gejala, Dampak, dan Cara Mencegahnya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Bayi Obesitas

Bayi Obesitas

IKLAN

Dampak Obesitas pada Anak

Obesitas pada anak bisa menyebabkan komplikasi mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Mari kita cermati dan waspadai bersama.

1. Dari kepala, anak kemungkinan cepat depresi, dan percaya diri rendah akibat obesitas.

2. Di bagian paru-paru, anak kemungkinan bisa mengalami asma atau sleep apnea pada saat tidur. Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang berhenti sementara selama beberapa kali. Hal ini bisa ditandai dengan mengorok saat tidur.

3. Di bagian jantung, kemungkinan bisa terjadi kelainan jantung, atau kolesterolnya tinggi, atau bisa juga peningkatan tekanan darah.

4. Pada bagian hati, terjadi perlemakan

5. Di bagian perut, anak bisa mengalami gerd.

6. Pada pankreas bisa berisiko diabetes tipe 2.

7. Pada lutut bisa terjadi artritis atau nyeri pada sendi.

8. Kaki anak bisa bengkok akibat penimbunan berat badan yang sangat masif dalam waktu sangat singkat.

9. Bagian reproduksinya, biasanya kalau anak perempuan bisa jadi menstruasinya tidak teratur atau mungkin lebih cepat daripada teman sebayanya.

Bayi berumur delapan bulan Santiago Mendoza dipangku bersama ibunya Eunice Fandinountuk menjalani perawatan obesitas di sebuah klinik di Bogota, Kolombia (19/3). Menurut Caracol Radio, bayi ini menderita sejumlah komplikasi karena obesitas dan pernah dirawat beberapa kali. REUTERS/John Vizcaino

Pencegahan Obesitas pada Anak

Langkah-langkah pencegahan obesitas pada anak bisa dilakukan sejak dini. Fokusnya tidak hanya pola makan, tapi juga aktivitas fisik dan gaya hidup sehat keluarga.

1. Pada bayi 0-12 bulan, ibu didorong memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai 6 bulan, kemudian anak diberikan MPASI dengan cara yang benar.

2. Orang tua didorong untuk menawarkan makanan baru secara berulang untuk menghindari minuman manis.

3. Pada bayi 12-24 bulan, orang tua harus menghindari anak dari minuman manis, konsumsi jus, dan kental manis yang berlebihan.

3. Orang tua tidak boleh membatasi jumlah makan, tapi memastikan bahwa makanan yang tersedia sehat serta disertai buah dan sayuran.

4. Hargai selera makan anak, jadi anak harus diberi makanan sesuai rasa lapar dan rasa kenyang anak. Tidak memaksakan harus habis satu porsi.

5. Makanan selingan hanya diberikan sebanyak dua kali. Dan, hanya menawarkan air putih bila haus, bukan minuman manis.

6. Anak tidak boleh diberikan makanan berkalori tinggi sebagai camilan.

7. Terkait pemilihan makanan, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso menegaskan agar anak menghindari menyantap makanan ultra-proses, junk food tinggi gula dan tinggi tepung. "Kembali ke real food yang kaya akan protein hewani dan sayuran hijau," katanya di Jakarta pada 22 Februari 2023. 

8. Anak juga harus mempunyai kesempatan aktif secara fisik untuk bermain di luar rumah.

9. Setiap anggota keluarga harus dibiasakan makan bersama di meja makan, kemudian televisi dimatikan selama proses makan.

10. Batasi nonton televisi, tidak meletakkan televisi di kamar tidur anak, lalu orang tua juga harus menjadi model percontohan untuk selektif dalam menentukan makanan yang dikonsumsi oleh anak.

Mari kita cermati betul A to Z terkait obesitas pada anak demi menjaga kesehatan buah hati. Dan teruntuk Kenzi dan adik-adik lainnya yang sedang berjuang mengatasi obestias, doa kami semoga cepat pulih dan bisa bermain lagi dengan teman-teman ya, sayang.

Pilihan Editor: Kental Manis Tidak Bisa jadi Pengganti Susu, Pemicu Obesitas

KEMENKES | IDAI | ANTARA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Halaman

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."